Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan lima dari enam provinsi di wilayah Papua turut mengalami deflasi secara bulanan pada September 2024. Komoditas utama yang berandil besar mendorong deflasi pada wilayah ini merupakan komoditas pangan.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan Papua Barat tercatat sebagai wilayah dengan deflasi terdalam di Papua, bahkan di Indonesia, yakni dengan deflasi sebesar 0,92% (month to month/mtm).

“Seperti yang sudah saya jelaskan Papua Barat provinsi dengan deflasi month to month (bulanan) terdalam. komoditas penyumbang penurunan harga cabai rawit, tarif udara, tomat, dan bensin,” tutur Amalia dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (1/10/2024).

Pada posisi berikutnya ditempati oleh Papua Selatan dengan deflasi sebesar 0,74% (mtm). Amalia menyebut komoditas pendorong deflasi pada wilayah ini diakibatkan penurunan harga cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah.

Selanjutnya yakni Papua Pegunungan mengalami deflasi sebesar 0,6% (mtm), komoditas pendorong deflasi pada wilayah ini yakni cabai rawit, wortel, dan bawang merah.

Berdasarkan data yang ditampilkan, Papua Tengah berada pada posisi keempat dengan deflasi sebesar 0,44% (mtm). Berikutnya, provinsi Papua tercatat mengalami deflasi sebesar 0,41% (mtm).

Sedangkan wilayah Papua Barat Daya merupakan satu-satunya wilayah di Papua yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,47% (mtm) di September 2024.

Inflasi yang terjadi di Papua Barat Daya, lanjut Amalia, didorong oleh inflasi ikan segar dan tarif angkutan udara.

“Secara umum kalau kita lihat komoditas pendorong deflasi Papua selaras dengan catatan nasional,” tutupnya.

Sebelumnya Amalia melaporkan terjadi deflasi 0,12% pada September dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). "Deflasi lebih dalam dari Agustus dan menjadi deflasi kelima pada 2024 secara bulanan," kata Amalia.

Ini membuat deflasi sudah terjadi selama 5 bulan berturut-turut. Catatan ini mendekati rekor terpanjang yaitu 7 bulan tanpa putus pada 1999, kala Indonesia masih dibekap krisis ekonomi-sosial-politik.

Sementara secara tahunan (yoy), Amalia menyebut terjadi inflasi 1,84%. Melambat dibandingkan Agustus yang sebesar 2,12% yoy.

“Harga BBM nonsubsidi mengalami penurunan pada September setelah sempat naik. Seiring peningkatan produksi, pasokan cabai rawit dan cabai merah merata,” kata Amalia.

(azr/lav)

No more pages