Bloomberg Technoz, Jakarta – PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi menutup pabriknya yang berada di kawasan Purwakarta, Jawa Barat.
Hal ini berdasarkan informasi yang disampaikan manajeman dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Keputusan untuk menghentikan aktivitas Pabrik PT Sepatu Bata Tbk yang berada di Purwakarta," papar Sekretaris Perusahaan Bata Hatta Tutuko dalam pemberitahuan dari manajemen, dikutip Minggu (5/5/2024).
Manajemen menjelaskan diberhentikannya operasional pabrik sepatu Bata di Purwakarta yang dilakukan sejak 30 April 2024, merupakan bagian dari upaya perseroan selama 4 tahun terakhir untuk bertahan di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi serta perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat.
Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun.
"[Tidak hanya itu], kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia," ujar Hatta.
"Dengan adanya keputusan ini, maka perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta."
Melansir dalam laman website resmi Bata, Tomas Bata sebagai salah satu pendiri Bata telah membangun pabrik Sepatu di tengah perkebunan karet di area Kalibata.
Nama alamatnya pun masih terpampang dalam laman situs jejaring resminya yang beralamat di Jl. Kalibata Raya, Jakarta Selatan. Selanjutnya produksi sepatu yang terjadi pada mulai 1940.
Sebagai salah satu pabrik terbesar di Indonesia, Bata memiliki spesialis produk sepatu injeksi untuk konsumsi dalam dan luar negeri. Saat ini Bata Indonesia menempati Gedung 6 lantai, yaitu kantor PT Sepatu Bata Tbk, di Cilandak, Jakarta Selatan.
Mengutip laporan keuangannya, sampai dengan kuartal III-2023, kerugian BATA mencapai Rp80,65 miliar alias membengkak 294,76% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Periode tersebut, penjualan perseroan hanya Rp488,47 miliar atau turun 0,42% secara year on year (yoy).
Setahun sebelumnya, pada 2022, BATA mencatatkan kerugian setahun sebanyak Rp105,92 miliar atau melonjak 106,85% yoy. Penjualan tahun tersebut, padahal, mencapai sekitar Rp643,45 miliar, tumbuh 46,74% yoy.
(dec/wdh)