Logo Bloomberg Technoz

Kemenkeu Ungkap Kondisi Utang Negara saat Rupiah Anjlok

Azura Yumna Ramadani Purnama
26 April 2024 09:57

Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah terus melemah hingga berada di atas Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS), sehingga Bank Indonesia (BI) terpaksa menaikkan suku bunga acuan ke level 6,25%. Dengan kondisi tersebut, muncul kekhawatiran terkait dampak pelemahan rupiah terhadap kondisi utang pemerintah.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPRR Kemenkeu) mengatakan pihaknya mencermati pergerakan pasar, baik pelemahan rupiah maupun kenaikan imbal hasil, akan mempengaruhi belanja bunga.

“Meskipun dalam seminggu terakhir (pasca-lebaran) terjadi kenaikan yield dan pelemahan rupiah yang cukup berarti, namun secara rata-rata year to date pergerakannya masih terkendali,” kata Suminto saat ditemui wartawan di gedung AA Maramis Jakarta Pusat, Kamis (25/4/2024).

Dengan posisi tersebut, ia berharap tensi geopolitik maupun kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) bersifat temporer dan tidak terus berlanjut dalam jangka waktu yang terbilang lama.

Lebih lanjut, pihaknya tetap mengantisipasi dan memitigasi risiko dari pergerakan pasar tersebut, termasuk pembayaran kewajiban utang yang mencakup pokok utang maupun bunga utang.