Logo Bloomberg Technoz

Ekonom: BI Perlu Tahan BI Rate, Ini Opsi Taktik Lain Jaga Rupiah

Redaksi
24 April 2024 11:36

Bank Indonesia. (Rosa Panggabean/Bloomberg)
Bank Indonesia. (Rosa Panggabean/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ekonom menilai Bank Indonesia (BI) perlu menahan suku bunga acuan (BI Rate) di level 6% untuk saat ini. Bank sentral menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23-24 April 2024, salah satunya membahas kebijakan BI Rate.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menjelaskan rupiah saat ini menghadapi tekanan mata uang yang sangat besar dan lonjakan arus keluar modal dalam dua minggu terakhir, dipicu oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan sentimen ‘high-for-longer’ dari bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve.

"Namun, menaikkan suku bunga acuan mungkin akan merugikan sektor riil dan BI masih memiliki beberapa opsi kebijakan lain yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut, didukung oleh jumlah cadangan devisa yang besar," ujar Teuku Riefky dalam laporan hasil risetnya, dikutip Rabu (24/4/2024).

Dalam dua pekan terakhir, situasi perekonomian global dipenuhi berbagai peristiwa. Data inflasi AS yang dirilis pada 10 April meningkat menjadi 3,5% (YoY) pada Maret 2024 dari 3,2% (YoY) pada bulan sebelumnya, didorong oleh beberapa komponen harga seperti bahan bakar, harga sewa, dan asuransi kendaraan. Angka inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan menurunkan ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga the Fed pada Juni.

Saat ini investor memproyeksikan penurunan suku bunga pertama oleh the Fed akan berlangsung September, sedangkan sebagian kecil investor menduga akan terjadi paling banyak satu kali pemotongan suku bunga acuan the Fed tahun ini. Rilis data inflasi AS memicu gejolak di pasar keuangan dan mendorong aksi flight-to-safety atau terbang untuk keselamatan oleh investor serta mengalihkan modalnya dari negara berkembang.