Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga nikel dan timah, yang merupakan komoditas hasil pertambangan mineral logam andalan Indonesia, anjlok pada saat komoditas logam non-ferrous lainnya menguat di London Metal Exchange (LME).
Menyitir data LME per hari ini, Kamis (25/4/2024), nikel diperdagangkan di level US$18.945/ton pada penutupan perdagangan Rabu (24/4/2024) waktu setempat. Angka tersebut terperosok 0,32% dari hari sebelumnya, sehingga nikel lagi-lagi menjauhi level US$20.000/ton.
Harga nikel dunia padahal sempat menguat 2,14% ke level US$19.739/ton pada penutupan perdagangan Senin waktu setempat, yang sekaligus berada di luar ekspektasi pasar.

Kendati demikian, BMI —lengan riset dari Fitch Solutions Company — sebelumnya memang memproyeksikan rerata harga nikel untuk tahun ini akan bertengger di US$18.000/ton, turun dari perkiraan sebelumnya di level US$20.000/ton.
“Kami memperkirakan dinamika serupa akan membatasi pertumbuhan harga nikel pada 2024 seiring dengan makin majunya produksi dari produsen utama, China Daratan dan Indonesia,” papar BMI dalam laporannya bulan ini.
Tidak hanya nikel, timah juga mengalami pelemahan 0,32% menjadi US$31.836/ton. Komoditas ini mulai memasuki tren penurunan setelah sempat menyentuh rekor tertinggi bulan ini, yakni US$35.582/ton pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Akan tetapi, level harga di atas US$30.000/ton tersebut masih terbilang stabil tinggi.
Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) menilai tren perubahan harga timah dunia yang terjadi akhir-akhir ini merupakan siklus tahunan.
Harga komoditas dalam LME, khususnya timah, memang bakal mengalami kenaikan pada kuartal pertama dan kuartal keempat pada setiap tahunnya. Sementara itu, harga akan melandai pada kuartal kedua atau kuartal ketiga.
Plt Ketua Umum AETI Harwendro Adityo Dewanto mengatakan tren penguatan harga timah dunia pada periode tersebut –kuartal pertama dan kuartal empat – berhubungan dengan kondisi musim dingin yang terjadi di China, sehingga bisa menurunkan ketersediaan pasokan timah.
“Di China kalau musim dingin produksi mereka akan berkurang karena salju. Jadi itu berdampak kepada produksi mereka,” ujar Adityo kepada Bloomberg Technoz.
Sebaliknya, komoditas logam non-ferrous lainnya di LME terpantau mengalami penguatan. Alumunium ditutup menguat 0,93% ke level US$2.603/ton pada Rabu dan tembaga naik 0,69% menjadi US$9.773/ton.
(dov/wdh)