Logo Bloomberg Technoz

Para pembuat kebijakan yang dipimpin oleh Gubernur Christine Lagarde sudah mulai mempersiapkan pasar untuk penurunan awal pada 6 Juni seiring tekanan harga yang mereda dengan cepat. Meskipun mereka dengan tegas menolak anggapan bahwa mereka ingin mengikuti Gubernur The Fed Jerome Powell, mereka belum berkomitmen pada apa yang akan terjadi setelah langkah pertama, dengan alasan bahwa data ekonomi akan menentukan.

Pelaku pasar bertaruh bahwa ECB kemungkinan besar akan melakukan empat pemangkasan suku bunga tahun ini. Sementara mereka bimbang apakah The Fed akan menurunkan suku bunga dua atau tiga kali setelah Powell menegaskan pada Rabu bahwa dia tidak terburu-buru untuk mulai menurunkan suku bunganya.

Lebih dari dua tahun setelah dimulainya siklus kenaikan suku bunga oleh Powell, ekonomi AS terbukti sangat tangguh, dengan pengusaha yang masih aktif merekrut pekerja. Jika terus berlanjut, kekuatan tersebut juga dapat mendukung ekonomi Eropa, yang baru saja lolos dari resesi di musim dingin.

"Mengenai inflasi, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah angka terbaru ini lebih dari sekadar kenaikan sesaat," kata Powell pada Rabu dalam pidatonya di Universitas Stanford di California. "Kami merasa tidak akan pantas menurunkan suku bunga kebijakan sampai kami memiliki keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%."

Laporan terbaru menunjukkan tanda-tanda pemulihan awal di Eropa, dengan para manajer pembelian melihat pertumbuhan akan segera terjadi dan kepercayaan bisnis juga meningkat. Sementara itu, inflasi di 20 negara kawasan euro melambat lebih dari yang diperkirakan pada bulan Maret, dan pada 2,4% mendekati target ECB.

Perbandingan PDB AS dan Eropa. (Sumber: Bloomberg)

Bloomberg Economics memprediksi kenaikan harga akan melambat di bawah 2% pada bulan Agustus mendatang dan rata-rata hanya 1,4% di tahun 2025. Perkiraan ECB sendiri untuk tahun depan adalah 2%.

"Setelah sebelumnya keliru dalam memperkirakan tekanan biaya secara menyeluruh, Dewan Gubernur ECB akan bertindak hati-hati saat siklus pelonggaran dimulai," tulis Jamie Rush dari BE dalam sebuah catatan. "Namun, masih masuk akal untuk mengharapkan penurunan suku bunga yang dalam tahun ini." Dia mengantisipasi empat langkah seperempat poin, membawa suku bunga deposito menjadi 3%.

ECB telah membuktikan di masa lalu bahwa mereka dapat menyimpang dari kebijakan The Fed. Kala itu mereka menurunkan suku bunga pada Desember 2015 dan lagi pada Maret 2016, ketika bank sentral AS sedang memulai periode kenaikan suku bunga selama tiga tahun. Bank Sentral Swiss atau Swiss National Bank telah menunjukkan jalannya di siklus saat ini, dengan penurunan biaya pinjaman yang tidak terduga pada bulan Maret, yang bertujuan untuk mencegah penguatan franc.

Para ekonom tidak sepakat mengenai dampak keseluruhan dari perbedaan kebijakan antara ECB dan The Fed.

Beberapa pihak berpendapat bahwa pelonggaran yang lebih agresif untuk zona euro dapat membawa tekanan inflasi yang lebih besar. Biaya pinjaman yang lebih rendah dibandingkan dengan AS dapat melemahkan euro dan menimbulkan risiko tambahan melalui harga impor yang lebih tinggi.

Namun, mantan Kepala Ekonom ECB Peter Praet memperingatkan bahwa kebijakan The Fed yang lebih ketat dari perkiraan dapat menyebabkan efek pelemahan yang lebih besar pada ekonomi Eropa. Hal ini akan mendorong para pembuat kebijakan di Frankfurt untuk melakukan pemotongan lebih banyak daripada yang seharusnya.

"Risiko nyata adalah ekspektasi penurunan suku bunga akan mengecewakan, yang mengakibatkan kondisi keuangan global yang lebih ketat," katanya. "Pada akhirnya, ECB tidak boleh mengesampingkan kebutuhan untuk pemotongan suku bunga yang lebih agresif."

Perbandingan inflasi di AS dan Eropa. (Sumber: Bloomberg)

Investor sudah memposisikan diri untuk potensi pelemahan mata uang Eropa. Di pasar opsi, selama seminggu terakhir terdapat kontrak yang berdampak negatif terhadap euro dua kali lebih banyak daripada yang positif, menurut data dari Depository Trust & Clearing Corporation.

Beberapa trader bertaruh mata uang euro akan turun ke US$1,05, dari sekitar US$1,08 pada hari Rabu. Penembusan level tersebut dapat memunculkan prospek paritas euro-dolar untuk pertama kalinya sejak 2022.

"ECB akan menjadi 'lebih dovish' tidak hanya dibandingkan The Fed tetapi juga sebagian besar bank sentral di negara G-10 lainnya," kata Valentin Marinov, kepala strategi G-10 FX di Credit Agricole, mengutip prospek pertumbuhan yang lebih lemah dan penurunan inflasi di blok tersebut.

Sementara pejabat ECB mungkin waspada terhadap pelemahan mata uang, Lena Komileva, kepala ekonom di G Plus Economics, berpendapat bahwa zona euro mungkin harus menerimanya.

"Jika The Fed tidak segera melakukan pemotongan," katanya, "maka ECB perlu melakukan pemotongan dan pemotongan lebih dalam daripada yang seharusnya dilakukan untuk menghindari resesi yang tidak perlu."

(bbn)

No more pages