Logo Bloomberg Technoz

Upaya menjangkau anak muda ini mulai berhasil. Penjualan lotere yang diizinkan pemerintah mencatat angka tertinggi sebesar US$80,6 miliar tahun lalu.

Perusahaan riset pasar Mob Data mengatakan lebih dari empat perlima pembelinya berusia 18-34 tahun, naik dari setengah pad 2020.

Peningakatan ini bersamaan dengan peningkatan angka pengangguran pada 2023 yang mencapai angka tertinggi pada Juni karena perekonomian China melambat akibat isolasi pandemi yang berkepanjangan. 

Lulusan baru sekarang masuk ke pasar tenaga kerja di era pertumbuhan ekonomi lebih lambat dibanding generasi orang tua mereka, dan persaingan pun sangatlah ketat dalam mendapatkan pekerjaan. 

Dominic Chiu, analis dari Eurasia Group, mengatakan bahwa orang cenderung beralih ke hal seperti lotere "untuk mencari peruntungan dan kesuksesan hanya karena situasi ekonomi dan pasar tenaga kerja yang semakin membuat stres."

Penjualan lotre di China (Dok: Bloomberg)

Sebelum pandemi Covid-19, penjualan sales cenderung meningkat ketika ekonomi dalam keadaan baik. Hal ini karena sebagian besar pembelinya berasal dari kelompok berpenghasilan rendah seperti pekerja kasar yang hanya memiliki dana lebih jika gaji mereka naik. Kini, kelompok berpendidikan di perkotaan yang mendorong angka penjualan lotere. 

Meski sektor industri China naik awal tahun ini, para ekonom memperingatkan bahwa target resmi pertumbuhan sebesar 5% pada 2024 masih ambisius. 

"Saat ini sulit mendapatkan uang, apa pun usahanya," kata Wu Zehao, 18 tahun, mahasiswa jurusan film di satu universitas di Beijing. 

Di depan toko lotere di Beijing, Wu mengatakan sudah menghabiskan uang sekitar US$4 setiap hari sejak menang hampir US$14 waktu masa libur kuliah. 

"Saya yakin bahwa kita akan menjadi kaya dari bermain lotere dibanding dari bekerja," kata Wu. 

Ketika angka pengangguran secara umum naik di awal tahun ini, situasi pasar tenaga kerja yang suram ini menjadi ancaman pada stabilitas sosial. 

Generasi muda memimpin aksi protes menentang kebijakan lockdown Covid pada akhir 2022, sehingga pemerintah pun mencabut kebijakan itu. Di sejumlah aksi, para pengunjuk rasa itu bahkan meminta Presiden Xi Jinping mundur.

Ini menjadi penyebab pemerintah membiarkan pertumbuhan lotere tersebut. Sejak lama Partai Komunis yang berkuasa memiliki hubungan panas dingin dengan perjudian. Partai ini melarang segala bentuk judi ketika mengambil alih kekuasaan setelah perang saudara tahun 1949. 

Partai ini kemudian mengizinkan lotere di era 1980-an ketika China merangkul perilaku menghasilkan uang di periode reformasi dengan alasan dananya akan digunakan untuk kesejahteraan rakyat. 

Kini, toko-toko lotere semakin kreatif dalam menarik kaum muda. Mereka mempergunakan bahasa gaul dan masuk ke tren gaya hidup. 

Di Yichang, provinsi Hubei, satu toko lotere sekaligus kafe kopi yang menjual roti coissants memajang tulisan besar di pintu masuk "Americano menjadi kenyataan." Dalam bahasa Mandarin kalimat itu terdengar seperti "Impian bagus menjadi kenyataan."

"Apa mimpi kamu?" bunyi slogan di toko lotere lain di Kunming. "Membeli vila di tepi pantai. Raih kebebasan finansial."

Di salah satu mal Beijing, seorang perempuan muda bernama Guo Tong yang mengaku bekerja di industri live streaming, sibuk bermain lotere gosok. Pemerintah China membatasi industrinya itu beberapa tahun belakangan, namun dia mengeluh sulit mendaptkan uang karena "terlalu banyak perempuan cantik" yang terjun ke industri itu.

Kini, Guo menghabiskan uang US$14 untuk membeli lotere agar hidupnya berubah. 

"Ini hal yang kami mampu lakukan, tapi ada kemungkinan kami akan kaya mendadak," ujarnya.

(bbn)

No more pages