Logo Bloomberg Technoz

Keyakinan itu beralasan bila berkaca pada yang terjadi tahun lalu. Pada 2023, pemerintah juga menggelontorkan THR pada ASN maupun anggota Polri/TNI belum di nilai penuh, yaitu hanya 50% tunjangan kinerja. Itu saja telah berhasil mengerek pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 menyentuh 5,17%, terdorong kinerja konsumsi rumah tangga yang berhasil naik hingga 5,22% pada periode tersebut terutama karena memuncaknya aktivitas belanja masyarakat seiring kedatangan Ramadan dan Idulfitri.

Sementara pada tahun ini, THR diberikan dalam nilai penuh alias 100% tunjangan kinerja, sehingga alokasi anggaran negara yang dikeluarkan mencapai Rp48,7 triliun, meningkat 25% dibandingkan alokasi untuk THR tahun lalu. Dengan nilai THR yang diterima akan lebih besar, ada potensi rupiah yang dibelanjakan juga akan lebih banyak dan memberi dampak lebih signifikan pada perekonomian.

Selain THR PNS yang dijadwalkan diberikan paling lambat 10 hari sebelum Lebaran, THR para karyawan swasta juga akan memberi dorongan bagi kinerja konsumsi masyarakat. THR karyawan swasta biasanya diwajibkan oleh Kementerian Tenaga Kerja untuk diberikan paling lambat H-7 Lebaran. 

Efeknya Berapa Lama?

Perekonomian domestik saat ini masih menghadapi kelesuan konsumsi yang sudah berlangsung sejak tahun lalu, ditambah kinerja ekspor yang terus menurun terdampak ekonomi global dan berakhirnya pesta harga komoditas. 

Pada 2023, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,84% secara tahunan. Bahkan pada kuartal akhir tahun lalu, konsumsi masyarakat cuma naik 4,47% meski ada momen liburan Natal dan Tahun Baru. 

Dalam pernyataannya akhir tahun lalu, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, kunci agar ekonomi RI tumbuh 5,2% adalah bila konsumsi domestik mampu naik 5%. "Kunci dari Indonesia kalau mau tumbuh di angka 5,2% itu adalah konsumsi. Konsumsi kita harus bisa di atas 5%, malah kalau bisa di atas 5,2%, sehingga konsumsinya itu yang menjadi penggerak,” katanya.

Pertumbuhan ekonomi RI terbanyak didorong oleh konsumsi rumah tangga di mana pada 2023 lalu, sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 53,18%. Yang kedua adalah disumbang oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 29,33% dan ekspor sebesar 21,75%.

Tahun lalu, setelah THR ASN dan belanja Lebaran berhasil mendongkrak konsumsi tumbuh 5,22%, pada kuartal-kuartal selanjutnya pertumbuhan konsumsi terus merosot 5,05% pada kuartal III dan 4,47% pada kuartal IV-2023. Pada saat yang sama, ekspor turun -4,26% pada kuartal III dan +1,64% pada kuartal IV-2023. Sementara PMTB masing-masing tumbuh 5,77% dan 5,02%.

Pertumbuhan ekonomi 2023 melambat karena kinerja konsumsi rumah tangga yang lemah (Dok. BPS)

Untuk tahun ini, konsumsi juga diharapkan disumbang oleh belanja seputar Pemilu dan Pilpres pada 14 Februari lalu disusul nanti Pilkada serentak pada November.

Namun, rangkaian kampanye Pemilu dan Pilpres lalu nyatanya tidak terlalu besar efeknya bagi perekonomian. Indeks Penjualan Riil pada Januari malah turun sampai -3,5% dibanding Desember yang juga membukukan pertumbuhan rendah, hanya 0,1%.

Sementara pada bulan ketika pemungutan suara digelar, penjualan ritel diprediksi masih terkontraksi -0,9% menurut survei yang digelar oleh Bank Indonesia terakhir. Berkaca pada hal tersebut, gelar Pilkada serentak November nanti mungkin akan mencatat tren serupa dan sulit diharapkan bisa memberi sumbangan signifikan pada pertumbuhan. 

Pada saat yang sama, motor pertumbuhan lain yakni ekspor barang dan jasa dibayangi perlambatan ekonomi global ditambah berakhirnya pesta harga komoditas. Kinerja ekspor terus melemah di mana pada Februari lalu, ekspor turun -9,45%, penurunan untuk bulan kesembilan berturut-turut. 

Adapun PMTB atau investasi masih memiliki harapan pertumbuhan dengan berkurangnya ketidakpastian politik dengan gelar Pemilu 2024 yang telah berakhir. Investasi yang tadinya tertahan menunggu kepastian hasil pemilu, mungkin akan mulai banyak masuk tahun ini dan bisa mendukung pertumbuhan ekonomi.

Hanya saja, ancaman terkikisnya daya beli akibat lonjakan harga pangan juga barang/jasa lain yang tak terkendali bisa menekan pertumbuhan.

Pada kuartal awal tahun ini, terlihat konsumsi masyarakat masih terbebani lonjakan harga pangan dan barang/jasa lain yang telah menyulut inflasi dan mengikis daya beli. Masyarakat menunda pembelian barang sekunder seperti sepeda motor dan mobil yang turun pada dua bulan pertama tahun ini.

Kondisi keuangan masyarakat tergerus ke level terendah dalam dua tahun terakhir terindikasi dari Indeks Penghasilan yang terperosok jadi 112,1, masih di level optimistis akan tetapi itu menjadi yang terendah setidaknya sejak April 2022 silam. 

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI tahun ini hanya akan tercapai sebesar 4,9%, semakin lambat dibanding tahun lalu. Fitch Ratings juga melontar prediksi yang sama. Sementara Bank Indonesia memberi kisaran proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024 antara 4,7%-5,5%.

(rui/aji)

No more pages