Logo Bloomberg Technoz

LME Akui ‘Nikel Hijau’ Sulit Dijual, Kalah Saing dari Produksi RI

Wike Dita Herlinda
07 March 2024 14:15

Pedagang, pialang, dan panitera bekerja di lantai perdagangan open outcry pit di London Metal Exchange (LME)./Bloomberg- Chris Ratcliffe
Pedagang, pialang, dan panitera bekerja di lantai perdagangan open outcry pit di London Metal Exchange (LME)./Bloomberg- Chris Ratcliffe

Bloomberg Technoz, Jakarta – Di tengah desakan banyak penambang global untuk ‘memerangi’ dominasi nikel murah dari Indonesia dan China, London Metal Exchange (LME) memberi sinyal bahwa pasar nikel premium ramah lingkungan atau green nickel masih belum sanggup menyaingi produksi dari RI.

Dalam catatan atau notice yang diterbitkan pekan ini, LME menegaskan pasar ‘nikel hijau’ saat ini masih terlalu kecil untuk bisa menggaransi kontrak berjangka mereka sendiri. 

Dengan kata lain, pernyataan LME ini akan menjadi pukulan telak bagi para korporasi tambang mineral global yang sedang berharap mendapatkan harga premium bagi logam nikel yang mereka produksi dengan sistem ramah lingkungan.

“LME yakin pasar ‘nikel hijau’belum cukup besar untuk mendukung semangat memperdagangkan kontrak berjangka hijau khusus. Pelaku pasar telah menyatakan kekhawatirannya akan hal itu dan masih terdapat perdebatan pasar yang signifikan mengenai bagaimana mendefinisikan ‘hijau’,” papar bursa logam barometer dunia itu, dikutip Kamis (7/3/2024).

Produksi mixed hydroxide precipitate (MHP) di pabrik pengolahan nikel./Bloomberg-Dimas Ardian


Bagaimanapun, LME tidak menutup telinga terhadap kencangnya desakan dari berbagai korporasi tambang agar LME memperdagangkan subsegmen khusus bagi logam —khususnya nikel — yang diproduksi dengan standar ramah lingkungan.