Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Terseret Makin Lemah Kala Valuta Asia Justru Menguat

Tim Riset Bloomberg Technoz
04 March 2024 14:45

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah mengawali pekan ini dengan performa buruk dengan mencetak pelemahan sepanjang hari di tengah tren penguatan mata uang Asia di pasar spot, Senin (4/3/2024). Sejak pembukaan pasar, rupiah langsung tertekan ke Rp15.720/US$ dan masih tidak berhasil bangkit jelang penutupan pasar.

Mengacu data Bloomberg, rupiah spot justru semakin melemah ke Rp15.735/US$ pada pukul 14:14 WIB, dan keluar sebagai satu dari tiga mata uang yang melemah hari ini bersama dong Vietnam dan yuan China. Rupiah menjadi mata uang terlemah dengan pelemahan mencapai 0,21%, sedang yuan dan dong masing-masing melemah 0,03% dan 0,18%. Rupiah tetap tertekan meski pada saat yang sama otot dolar AS kembali melemah setelah sempat menguat pagi tadi.

Mayoritas mata uang Asia berhasil menguat dipimpin oleh ringgit Malaysia 0,35%, dolar Taiwan yang menguat 0,31%, won Korea Selatan berhasil menguat 0,28%, disusul oleh baht Thailand yang naik nilainya 0,11%.

Rupiah melemah terseret tekanan yang berlangsung di bursa saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergerus 0,42% setelah istirahat makan siang. Sedangkan harga surat utang (SUN/INDOGB) terlihat stabil di mana tenor 10 tahun bertahan di 6,59%. Sementara imbal hasil tenor 3 tahun turun 0,2 bps dan tenor 15 tahun turun 1 bps. Adapun global bond RI (INDON) mayoritas mencatat kenaikan harga dan penurunan yield. Imbal hasil INDON-7 tahun turun 3,8 bps. Hanya tenor pendek 2 tahun yang masih mencetak kenaikan imbal hasil 2,1 bps ke 4,78%.

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Prospek SUN

Beberapa pengelola dana global menilai surat utang terbitan Indonesia menjadi pilihan obligasi terbaik di Asia ketika kelak siklus penurunan bunga global berlangsung benar-benar dimulai.