Logo Bloomberg Technoz

Saat RI ‘Tutup Kuping’ Atas Derita Tambang Nikel di Banyak Negara

Redaksi
01 March 2024 13:50

Seorang pekerja memegang sepotong Bessemer matte di pabrik peleburan./Bloomberg-Cole Burston
Seorang pekerja memegang sepotong Bessemer matte di pabrik peleburan./Bloomberg-Cole Burston

Bloomberg Technoz, Jakarta - Hingga kini, pemerintah mengaku belum menerima protes atau keluhan langsung dari korporasi-korporasi tambang global yang merasa dirugikan akibat banjir nikel murah dari Indonesia, yang berefek domino pada tren penutupan tambang nikel di banyak negara.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto mengeklaim, di dalam negeri pun, para penambang nikel juga tidak merasakan kekhawatiran soal isu oversupply seperti yang digaungkan perusahaan lain di luar negeri.

Enggak sih, so far masih oke. Mungkin yang suffering kan di luar Indonesia ya. Di Indonesia masih oke saya kira,” ujar Seto saat ditemui, Kamis (29/2/2024).

Menampik tudingan soal oversupply nikel murah Indonesia, Seto berpendapat penyebab banyaknya raksasa tambang global –yang merugi hebat gegara krisis harga nikel – lebih dipicu faktor ongkos produksi mereka yang tidak efisien, sebagaimana para penambang di Indonesia.

“Mereka kan cost of production-nya enggak kompetitif. Jadi mereka pikir harga nikelnya bakal menyentuh US$25.000—US$30.000 [per ton] kayak 2 tahun terakhir, tetapi kan ternyata enggak. Komoditas kan selalu ada siklusnya. Jadi ya, mereka seharusnya make sure supaya kompetitif,” tuturnya.

Tambang nikel di Australia Barat../Bloomberg-Ron D'Raine