Logo Bloomberg Technoz

"[Isu] yang lebih penting adalah bagaimana pengembangan industri turunannya di dalam negeri agar produk yang dihasilkan dapat digunakan untuk menghasilkan produk jadi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor."

Sepanjang tahun lalu, Vale Indonesia mencatatkan pertumbuhan laba bersih 36,89% secara tahunan menjadi US$274,33 juta atau setara sekitar Rp4,35 triliun. Kenaikan itu didorong oleh pertumbuhan penjualan produk hilir perusahaan.

Berdasarkan laporan keuangan INCO, penjualan Vale Indonesia naik 4,48% secara tahunan menjadi US$1,23 miliar per akhir 2023.

Kemudian, sepanjang 2022, Vale juga mencatatkan laba bersih sebesar US$200,32 juta, atau senilai total Rp3,05 triliun, yang juga tumbuh 19,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Lokasi penambangan nikel yang dioperasikan oleh PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan, Minggu (12/6/2022). (Dimas Ardian/Bloomberg)


Keuntungan

Bagaimanapun, Rizal berpendapat capaian pemerintah dalam mengakuisisi 34% saham perusahaan tambang nikel asal Brasil tersebut diharapkan dapat menambah investasi di bidang penghiliran nikel, yang kini juga tengah gencar digaungkan pemerintah.

"Hal ini diperlukan untuk menambah tinggi nilai tambah bagi pemegang saham, perusahaan dan negara yang bisa didapatkan dari kegiatan penambangan nikel di dalam negeri," ujar Rizal.

Menyitir data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi dalam sektor hilirisasi Indonesia sepanjang 2023 mencapai Rp375,4 triliun.

Secara terperinci, dari total tersebut, hilirisasi sektor mineral menyumbang porsi terbesar atau hampir 60% dengan angka Rp216,8 triliun, dengan tujuan investasi untuk pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter nikel Rp136,6 triliun.

Rizal mengatakan, akuisisi saham INCO juga dapat menambah keuntungan MIND ID jika operasional bisnis Vale, dengan pendapatan pembagian porsi dividen yang lebih besar.

"Selai itu, MIND ID juga akan menjadi pemegang saham penentu kebijakan dari INCO dan bisa menentukan arah bisnis INCO ke depan."

Sebelumnya, pemerintah resmi menandatangani proses final divestasi 14% saham INCO melalui MIND ID pada Senin (26/2/2024). Dengan demikian, sebanyak 1,39 miliar lembar saham Vale akan segera dilepas ke holding BUMN pertambangan RI dengan nilai Rp3.050/lembar saham.

Dari total itu, MIND ID setidaknya harus merogoh kocek sebanyak US$271 miliar atau sekitar Rp4,24 triliun, berdasarkan asumsi kurs saat ini.

Setelah divestasi itu, MIND ID pun bakal menggenggam sebanyak 34% porsi saham INCO, atau lebih besar dari pemegang saham terbesar lainnya, yakni Vale Canada Limited (VCL) sebanyak 33,9%, dan Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) 11,5%.

Porsi tersebut terbilang cukup untuk MIND ID dapat menjadi motor penggerak dan pengendali operasional, keuangan, hingga pengambilan keputusan terhadap jalannya bisnis perusahaan ke depan.

Proyeksi surplus pasar nikel dunia./dok. Bloomberg

Proyek Hilir

Pada tahun lalu, Vale juga terpantau tengah fokus menggarap proyek-proyek smelter nikelnya di Tanah Air, sejalan dengan mandat program hilirisasi pemerintahan Presiden Jowo Widodo. 

Ketiga proyek smelter nikel yang sedang dan akan dituntaskan oleh perseroan itu setidaknya memakan total investasi mencapai US$9 miliar atau setara dengan Rp140,2 triliun (kurs saat ini).

Pertama, yakni pembangunan pabrik pengolahan dan peleburan baru yang berteknologi hidrometalurgi atau berbasis high pressure acid leaching (HPAL), yang akan menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) yang menjadi bahan baku untuk baterai kendaraan listrik.

Fasilitas pengolahan tersebut ditargetkan sanggup memproduksi 60.000 ton nikel dan 5.000 ton kobalt per tahun dalam bentuk MHP.

Dijadwalkan segera mulai konstruksi setelah mendapat perizinan, pabrik HPAL tersebut berlokasi di Malili, Luwu Timur, Sulawesi Selatan dan dirancang untuk mengolah bijih nikel kadar rendah dari Blok Sorowako.

Adapun, mitra yang digandeng Vale untuk proyek tersebut a.l. Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd (Huayou) dan PT Huali Nickel Indonesia (Huali). Perusahaan menargetkan proyek ini dapat beroperasi komersial pada 2026.

Kedua, yakni smelter berteknologi priometalurgi atau rotary kiln electric furnace (RKEF) yang ramah lingkungan di Blok Bahadopi, Morowali, lantaran diklaim murni tidak menggunakan batu bara. Pabrik itu juga disebut sebagai smelter rendah karbon terbesar kedua setelah Sorowako.

Dalam proyek itu, Vale menggandeng perusahaan asal China Taiyuan Iron & Steel Group Co Ltd (Tisco) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd (Xinhai) melalui perusahaan patungan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI).

Pabrik ini dirancang untuk memproduksi 70—80 kiloton nikel saprolite yang bakal diolah menjadi baja nirkarat. Konstruksi pabrik ditargetkan rampung sekitar 2024—2025.

Ketiga, yakni proyek smelter berbasis HPAL dengan kapasitas 120.000 ton nikel dalam format MHP yang berlokasi di Blok Pomala. Proyek ini hasil patungan INCO dengan Huayou dan Ford Motor Co yang diteken sejak Maret tahun lalu.

(wdh)

No more pages