Logo Bloomberg Technoz

Risiko Fiskal Diwaspadai, Rupiah Tertekan Jelang Penutupan Pasar

Tim Riset Bloomberg Technoz
19 February 2024 15:19

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah bergerak melemah dalam perdagangan pasar spot hari ini, Senin (19/2/2024) jelang penutupan pasar. Rupiah yang sempat sedikit menguat pada sesi pagi, tidak kuasa menahan tekanan yang belum terjeda dan akhirnya semakin melemah ke kisaran Rp15.630/US$ pada pukul 14:47 WIB.

Pelemahan rupiah berlangsung di tengah pergerakan mata uang Asia yang cenderung beragam. Rupiah melemah bersama peso Filipina yang kehilangan 0,19%, disusul oleh dolar Taiwan yang tergerus 0,13% dan ringgit Malaysia yang melemah 0,12%. Dong Vietnam dan yuan China juga sama-sama melemah hari ini masing-masing 0,01% dan 0,06%.

Sementara beberapa mata uang Asia lain seperti won Korea Selatan msih mampu menguat 0,03%, juga dolar Singapura dan baht Thailand yang juga menguat. Serta dolar Hong Kong yang masih bertahan menghadapi dolar AS.

Rupiah melemah kala pasar mulai mewaspadai risiko fiskal jangka menengah seiring kemungkinan kemenangan Prabowo Subianto yang semakin besar dalam pilpres 2024. Sementara kinerja penjualan mobil pada Januari lalu anjlok hingga 26% year-on-year kala penjualan properti residensial di pasar primer pada kuartal IV-2023 masih positif di angka 3,37% menurut data terbaru yang dirilis oleh Bank Indonesia.

Pergerakan sempit mata uang Asia hari ini pada umumnya mengikuti gerak yuan yang bergerak sempit tertahan oleh penurunan harga saham di Tiongkok yang tidak terlalu dalam perdagangan awal setelah libur Imlek berakhir. "Pertumbuhan jangka pendek dan prospek sentimen China akan sangat penting bagi pasar valas dalam beberapa pekan ke depan," kata Paul Mackel, Head of Research Global FX di HSBC, seperti dikutip dari Bloomberg News, Senin (19/2/2024).

Obligasi berbalik arah