Logo Bloomberg Technoz

Schrodes: Nikel Bisa Habis, RI Mesti Lirik Ekspor Karbon dan EBT

Azura Yumna Ramadani Purnama
07 February 2024 12:10

Ilustrasi bursa karbon. (Sumber: Bloomberg)
Ilustrasi bursa karbon. (Sumber: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - CEO Schroders Investment Indonesia Michael Tjoajadi menyebut Indonesia harus segera melepas ketergantungan terhadap ekspor komoditas, seperti nikel, lantaran perdagangan dunia ke depannya akan kian diramaikan oleh transaksi ‘new commodities’ seperti perdagangan karbon dan sumber energi baru terbarukan (EBT).

“Ada 3 isu dalam ekonomi dunia ke depan; 3D, yaitu deglobalisasi, demografi, dan dekarbonisasi. Dekarbonisasi ini akan menjadikan karbon dan EBT sebagai komoditas [perdagangan] yang krusial. Ini penting untuk kita lihat karena tren dekarbonisasi ini akan membutuhkan perdagangan karbon yang sangat masif,” ujarnya dalam diskusi panel Bloomberg Technoz Economic Outlook 2024: Indonesian Economy in the Midst of Global Downturn, Rabu (7/2/2024).

Menurutnya, pangsa pasar perdagangan karbon – jika dibidik dan dikelola dengan baik – akan menjadi sumber ekonomi yang potensial bagi Indonesia.

“Perdagangan hard commodity is gone, selanjutnya adalah bagaimana perdagangan karbon ini bisa kita optimalkan. Kita punya lahan hutan dan lautan. New business is coming. Kita harus tangkap peluang ini.”

Untuk itu, sebut Michael, peran pemerintah pun menjadi sangat penting pada kemudian hari untuk meregulasi ‘ekonomi baru’ tersebut, termasuk soal perdagangan karbon hingga ke aspek perpajakannya.