Logo Bloomberg Technoz

Berburu Alternatif Komoditas Sebagai Sumber Devisa Negara

Rezha Hadyan
13 March 2023 12:15

Ilustrasi Tambang Batu Bara (esdm.go.id)
Ilustrasi Tambang Batu Bara (esdm.go.id)

Bloomberg Technoz, Jakarta  — Nyaris sepanjang 2022, Indonesia dibuat terlena oleh kinerja ekspor yang begitu perkasa. Tertimpa ‘durian runtuh’ atau windfall profit dari reli harga komoditas, negara ini menikmati periode bulan madu dalam performa perdagangan luar negeri. Pertanyaannya, sampai kapan?

Sampai dengan Januari 2023, neraca perdagangan Indonesia memang terbukti masih menikmati surplus US$ 3,87 miliar, melanjutkan reli rapor hijau kinerja dagang selama 33 bulan beruntun dari cuan komoditas. 

Di balik pencapaian gemilang itu, berbagai kalangan sebenarnya sudah berkali-kali memperingatkan agar Indonesia tidak terbuai dengan angin surga commodity windfall. Sebab, tidak selamanya ekonomi republik ini akan menambang berkah dari reli harga komoditas. 

Kekhawatiran bahwa rezeki nomplok komoditas tidak akan bertahan lama adalah hal yang logis. Memang, tambahan penerimaan negara dari hasil jualan komoditas diperkirakan menembus Rp 420,1 triliun pada 2022, naik dari torehan Rp 117 triliun setahun sebelumnya, menurut catatan Kementerian Keuangan.

Bagaimanapun, angka itu terbukti tidak cukup untuk mengompensasi pembengkakan anggaran untuk subsidi energi senilai Rp 698 triliun dari pagu awal Rp 502,4 triliun pada 2022 akibat meningkatnya harga minyak sekaligus konsumsi bahan bakar.