Logo Bloomberg Technoz

Pengamat:Indonesia Masih Berkutat di Popularitas dalam Berpolitik

Muhammad Fikri
21 January 2024 11:25

Para kontestan capres pada pemilu tahun 2024 Indonesia. (Dok: Bloomberg)
Para kontestan capres pada pemilu tahun 2024 Indonesia. (Dok: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kurang dari tiga minggu pemilihan presiden pada 14 Februari, para pasangan calon (Paslon) mulai mempertontonkan dukungan—mulai dari tokoh daerah atau nasional, figur publik, termasuk artis. Hal yang menunjukkan bahwa popularitas dan berpolitik masih jadi faktor penting di Indonesia.

Cara-cara semacam ini adalah model berulang saat berusaha meyakinkan para pemilih bahwa merekalah yang terbaik dan merupakan bagian dari kampanye, kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin saat berbincang di Jakarta, Minggu (21/1/2024).

“Bagaimanapun popularitas dalam politik itu masih penting, makanya yang direkrut tokoh-tokoh yang populer, musisi, kaya tadi tadi rhoma irama, dan lain-lain seperti itu,” kata dia.

Ia menambahkan pola kampanye sangat beragam, termasuk memunculkan gimifikasi tertentu. Semuanya punya tujuan yang sama memunculkan popularitas dan menarik perhatian publik selaku pemilih. 

“Itu sesuatu yang umum, normal, yang berulang,” kata Ujang Komarudin.

Mempertontonkan dukungan juga bisa menjadi upaya menarik kalangan pemilih yang belum menentukan pilihan. Meski begitu seluruh kelompok masyarakat atau tokoh yang memilih menyatakan dukungan secara terbuka, adalah hak masing-masing.

“Tokoh tokoh itu direkrut mendukung Capres-Cawapres tertentu agar massanya, agar pendukungnya itu mendukung Capres-Cawapres yang didukung oleh tokoh tersebut atau masyarakat adat tersebut,” terang Ujang.