Logo Bloomberg Technoz

Capaian China terbaru memicu perdebatan di Washington tentang apakah pembatasan tersebut telah gagal, dan apa lagi yang perlu dilakukan.

Komponen smartphone Mate X5 milik Huawei Technologies Co. (Dok: Bloomberg)

Huawei bangkit kembali, dimana sebelumnya dihapuskan sebagai produsen smartphone teratas pasca  AS memutus hubungan dengan pemasok luar negeri pada tahun 2019.

Grup bisnis teknologi asal Shenzhen ini telah muncul sebagai simbol tekad China menggagalkan pembatasan imbas ketegangan geopolitik. Tetapi Huawei sendiri memperingatkan bahaya yang akan ditimbulkan oleh Washington dan ekonomi global yang bergejolak pada tahun 2024.

“Usai bertahun-tahun bekerja keras, kami berhasil melewati badai, dan sekarang kita sudah kembali ke jalur yang benar,” kata Ken Hu, salah satu dari beberapa eksekutif yang berganti posisi sebagai chairman, dalam pesan akhir tahun kepada para staf.

“Kita harus menyadari bahwa perubahan dalam lingkungan bisnis tidak hanya disebabkan oleh konflik geopolitik, tetapi juga oleh siklus ekonomi global yang berfluktuasi.”

Grafik konsistensi penjualan Huawei di tengah sanksi AS ke China. (Dok: Bloomberg)

Huawei telah menikmati dukungan yang kuat di dalam negeri sejak masuk dalam daftar hitam pada tahun 2019. Operator telekomunikasi milik negara memberikan penawaran yang menguntungkan kepada Huawei dalam 5G dan komputasi awan. Institusi lain juga membeli bisnis yang berkinerja buruk dari perusahaan tersebut.

Mate 60 Pro, ponsel yang menggunakan chip Kirin 7nm, telah merebut pangsa pasar iPhone 15 milik Apple sejak diluncurkan pada bulan Agustus. 

Huawei berubah menjadi pemain utama dalam semikonduktor, sektor yang menjadi fokus utama pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk dibatasi. 

Huawei, yang secara tradisional merupakan pemimpin dalam peralatan jaringan dan smartphone, sedang membangun jaringan pabrik cip dan menerima sekitar US$30 miliar dana dari pemerintah ataupun pemerintah kota  Shenzhen, menurut Asosiasi Industri Semikonduktor.

Huawei Technologies Co. (Dok: Bloomberg)

Memasuki tahun 2024, Huawei mungkin harus menghadapi tidak hanya kampanye AS yang terus mengekang China, tetapi juga tekanan untuk mempertahankan kemajuan teknologinya.

Hal terakhir ini akan menjadi lebih sulit karena komponen penting yang sudah langka untuk pembuatan cip, seperti peralatan, akan semakin terbatas.

Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan bahwa pihaknya akan mengambil tindakan “sekuat mungkin” untuk melindungi keamanan nasionalnya ketika ditanya bagaimana dia akan menanggapi terobosan Huawei.

Demi memastikan keunggulan teknologinya, Huawei memperluas investasi dalam teknologi yang sedang berkembang, termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligance).

“Kami perlu secara proaktif merangkul peluang ini dan menginvestasikan sumber daya kami yang terbatas pada dominasi strategis yang paling penting,” tulis Hu.

“Arah strategis kami secara keseluruhan sudah jelas. Kami akan terus merampingkan kantor pusat, menyederhanakan manajemen, dan memastikan kebijakan yang konsisten, sambil membuat penyesuaian jika diperlukan.”

(bbn)

No more pages