Logo Bloomberg Technoz

"Perkiraan kami bahwa pengangguran akan terus meningkat secara persisten pada 2024 dan mencapai 5% pada akhir 2024, resesi ringan menurut standar historis. Kami memperkirakan The Fed akan mendapat banyak kejelasan tentang pembalikan arah bunga acuan dan akan melakukan penurunan bunga pertama kali pada Maret 2024 meski itu akan menjadi hal yang terlambat untuk menghindari resesi," kata ekonom Bloomberg Economist Anna Wong, Eliza Winger, Estelle Ou dan Stuart Paul, dilansir dari Bloomberg News.

Namun, reaksi pasar terlihat kembali meragu akibat pernyataan pejabat Federal Reserve yaitu Presiden The Fed New York John Williams yang membantah adanya kemungkinan pivot The Fed seperti yang dilansir sebelumnya oleh Gubernur The Fed Christopher Waller. 

Pernyataan itu menaikkan lagi harga dolar AS di pasar global dan menaikkan tingkat imbal hasil Treasury ke 4,3%. Sentimen dari data inflasi PCE yang lebih kecil ketimbang konsensus pasar untuk data tahunan, tidak berhasil mengimbangi sentimen negatif Williams.

Rupiah juga sepertinya belum cukup mampu memanfaatkan momentum itu. Sinyal pelemahan rupiah sudah terlihat di pasar forward pagi ini di mana rupiah diperdagangkan di kisaran Rp15.530/US$, lebih rendah dibandingkan harga rupiah di pasar spot. Ada potensi permintaan valas korporasi akan menyerbu spot karena penetapan harga di pasar forward terlalu mahal, terutama bagi kontrak yang sudah berakhir.

Hari ini, rupiah juga menanti rilis data inflasi November yang akan dilansir oleh Badan Pusat Statistik pagi ini di mana diprediksi inflasi kembali naik 0,23% month-to-month dan akan menjadi yang tertinggi dalam 7 bulan terakhir, akibat lonjakan harga pangan.

Secara teknikal rupiah juga memperlihatkan potensi koreksi ke area Rp15.580/US$ yang merupakan support terdekat sampai dengan Rp15.646/US$ di MA-50. Bila support itu jebol, rupiah bisa semakin menjauhi trendline di mana level Rp15.730 menjadi support terkuat.

Sebaliknya, bila rupiah bisa memanfaatkan momentum penguatan hari ini, ada level resistance menarik di level Rp15.455/US$ dan resistance selanjutnya Rp15.420/US$. Dalam jangka menengah, rupiah masih ada potensi penguatan optimis ke level Rp15.350/US$.

Dalam perdagangan di pasar spot kemarin, rupiah terperosok melemah cukup dalam hingga kehilangan 115 basis poin atau 0,75% ke kisaran Rp15.510/US$.

 

(rui)

No more pages