Logo Bloomberg Technoz

Kebijakan RBNZ pada November tersebut memukul ekonomi dalam jangka pendek ditambah sempat terjadi topan badai Siklon Gabrielle. Oleh karena itu dipandang perlu ada pendekatan yang tidak terlalu agresif. Meski demikian potensi dampak inflasi dari bencana tersebut masih perlu dikaji.

Setelah RBNZ menaikkan bunga acuan, mata uang negara ini diperdagangan 62,29 sen/US$.

Selandia Baru masih merasakan dampak bencana Topan Gabrielle yang menghancurkan infrastruktur, menyebabkan banjir dan memaksa ribuan orang harus mengungsi saat melintasi bagian atas Pulau Utara minggu lalu. Lahan-lahan pertanian hancur yang menyebabkan kekurangan pasokan bahan makanan dan sekaligus menyebabkan kenaikan harga bahan pangan.

"Respons pengambil kebijakan tetap hawkish sekalipun seperti berempati kepada mereka yang terkena dampak peristiwa cuaca baru-baru ini," kata ANZ Bank Selandia Baru dalam catatan penelitian setelah adanya keputusan tersebut.

"Risiko inflasi tetap menjadi yang utama, sebagaimana mestinya."

Dampak Badai

Departemen Keuangan Selandia Baru kemarin menyatakan, pembangunan kembali rumah dan infrastruktur yang hancur akan menambah permintaan pada industri konstruksi yang sudah terbatas kapasitasnya dan menyebabkan tekanan inflasi nasional secara umum. Hal itu bisa mengakibatkan RBNZ mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.

RBNZ menyebutkan masih terlalu dini untuk secara akurat menilai implikasi kebijakan moneter dari badai tersebut. Waktu, ukuran, dan sifat respons fiskal pemerintah juga belum ditentukan, katanya.

Penilaian Komite saat ini adalah bahwa selama beberapa minggu mendatang, harga beberapa barang cenderung melonjak, aktivitas akan lebih lemah dari perkiraan sebelumnya dan pendapatan ekspor akan terkena dampak negatif.

"Kebijakan moneter ditetapkan dengan fokus jangka menengah dan Komite akan melihat variasi output jangka pendek dan efek harga langsung ini," kata Bank Sentral. 

"Pada waktunya pembangunan kembali infrastruktur dan masyarakat akan menambah aktivitas dan tekanan inflasi terutama mengingat kendala kapasitas yang ada dalam perekonomian."

Namun prakiraan terbaru RBNZ sedikit berubah dari yang disajikan pada bulan November. Mereka menunjukkan OCR naik menjadi 5,5% pada kuartal keempat tahun 2023 – sebelumnya di kuartal ketiga – kemudian secara bertahap menurun dari kuartal ketiga tahun 2024.

Pandangan Bloomberg

Ekonom Bloomberg James McIntyre mengatakan, kemerosotan ekonomi global dan domestik yang disertai berkurangnya inflasi global kemungkinan akan mendorong RBNZ untuk melunakkan sikap hawkish dan berbalik arah, kemungkinan paling cepat akhir 2023.

RBNZ menegaskan kembali perkiraan resesi dimulai pada kuartal kedua tahun ini tetapi ekonomi terlihat bangkit kembali sedikit lebih cepat tahun depan.

Inflasi akan meningkat menjadi 7,3% pada kuartal saat ini dari 7,2% pada kuartal keempat tahun 2022, proyeksi baru menunjukkan hal itu. Inflasi akan sedikit lebih kuat dari perkiraan sebelumnya hingga paruh kedua tahun 2023 tetapi kembali ke atas kisaran target bank sentral 1-3% pada kuartal ketiga tahun 2024, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya.

Keputusan RBNZ menaikkan OCR dengan lebih moderat membawanya lebih dekat ke rekan-rekan global yang telah memperlambat laju pengetatan karena sektor ekonomi yang sensitif terhadap suku bunga mulai melemah. Namun pergerakan setengah poin menempatkan Selandia Baru di ujung atas kenaikan baru-baru ini.

Federal Reserve awal bulan ini naik seperempat poin, melambat dari kenaikan 50 basis poin pada bulan Desember dan empat kali kenaikan 75 basis poin berturut-turut sebelumnya. Bank Sentral Australia turun-bergeser ke pergerakan seperempat poin pada bulan Oktober meskipun berubah menjadi hawkish pada bulan Februari setelah mempertimbangkan jeda pada bulan Desember.

 

(bbn)

No more pages