Logo Bloomberg Technoz

Ini Sebab Gasifikasi Batu Bara Mandek dan Tak Realistis bagi RI

Sultan Ibnu Affan
26 October 2023 16:00

Pekerja memeriksa batu bara di tambang batu bara terbuka PT Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Kamis (7/7/2011). (Dadang Tri/Bloomberg)
Pekerja memeriksa batu bara di tambang batu bara terbuka PT Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Kamis (7/7/2011). (Dadang Tri/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kalangan ekonom dan pengusaha menilai proyek penghiliran atau gasifikasi batu bara kebanggaan Presiden Joko Widodo makin berisiko besar untuk mangkrak, lantaran minimnya investor yang bersedia mengambil risiko untuk mengerjakan proyek yang belum tertakar nilai keekonomiannya itu.

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai proyek gasifikasi batu bara tidak realistis secara ekonomis, terlebih jika dijalankan tanpa sokongan anggaran negara dan hanya mengandalkan kucuran dana investor.

“Kalau proyek gasifikasi batu bara ini [dijalankan] tanpa dukungan dari pengalihan subsidi LPG 3 kg, maupun nanti mau digunakan di PLTU [pembangkit listrik tenaga uap], berarti butuh subsidi listrik yang dialihkan ke proyek ini. Maka, proyek ini sebenarnya secara ekonomi tidak feasible,” ujarnya, Kamis (26/10/2023).

Hilirisasi itu lebih dari 20 subsektor. Kenapa harus hilirisasi batu bara, yang secara finansial juga terkesan dipaksakan?

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira

Sampai saat ini, satu-satunya negara di dunia yang sudah mengadopsi model gasifikasi batu bara hanya China. Permasalahannya, Bhima mengatakan, karakter pertambangan batu bara di Negeri Panda berbeda dengan di Indonesia.

Pertambangan di Tanah Air sebagian masih bersifat terbuka atau open pit, sedangkan gasifikasi seperti di China lebih optimal jika dilakukan di pertambangan close pit atau yang berada di kawasan gua.