Logo Bloomberg Technoz

Bisnis Tambang Tahun Politik, Ini Kata Bos Freeport hingga Harita

Mis Fransiska Dewi
26 October 2023 10:50

Truk pengangkut mineral pertambangan emas dan tembaga milik Amman Mineral. (Dok Amman.co.id)
Truk pengangkut mineral pertambangan emas dan tembaga milik Amman Mineral. (Dok Amman.co.id)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kalangan pengusaha mengaku iklim politik jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 tidak terlalu memengaruhi industri pertambangan mineral di Indonesia, berikut nasib masa depan penghiliran yang terjadi di sektor tersebut.

Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Indonesia/Indonesian Mining Association (IMA) Rahmat Makkasau mengatakan dinamika politik dewasa ini sebenarnya tidak berdampak terhadap bisnis pertambangan. Alih-alih, industri ini lebih memperhatikan situasi anomali harga komoditas serta cuaca yang memengaruhi performa produksi di tingkat hulu tambang.

“Kami penambang itu ada dua hal yang paling memengaruhi. Pertama, harga komoditas dengan pergerakan harga komoditas. [Perusahaan] biasanya melakukan perencanaan penambangan sesuai dengan harga itu. Kedua, cuaca, musim hujan atau musim kering, jadi bukan karena ‘cuaca politik’,” ujarnya dalam sebuah kesempatan awal pekan ini.

Jadi kalau saya selalu mengatakan setiap tahun tuh tahun politik sebenarnya. Setiap tahun ada saja isu-isu politik, ada saja keputusan-keputusan politik, kan hukum itu adalah produk politik juga ya. 

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas

Rahmat menyebut pengusaha sektor pertambangan saat ini lebih fokus pada operasional penambangannya masing-masing. Terlebih, dalam jangka pendek, standar lingkungan dalam dunia pertambangan di seluruh dunia akan makin tinggi, sehingga perusahaan-perusahaan di Indonesia pun tengah memprioritaskan agenda tersebut. 

“Jadi semua penambang anggota IMA itu kalau berdiskusi, lebih banyak bicara tentang apa ke depan yang kira-kira akan menjadi masalah dari sisi lingkungan. Hal-hal yang sekarang belum jadi masalah, tetapi [ke depannya] mungkin akan jadi masalah. Jadi konsentrasi ke depan [dari perusahaan tambang] lebih banyak ke sana [alih-alih dinamika politik],” tuturnya.