Logo Bloomberg Technoz

Special Research

Cari Utang Lebih Murah, tapi Korporasi Masih Tahan Diri

Ruisa Khoiriyah
08 September 2023 15:50

BFI Finance menargetkan pembiayaan baru Rp21 triliun tahun ini (Dok. BFI)
BFI Finance menargetkan pembiayaan baru Rp21 triliun tahun ini (Dok. BFI)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Tren bunga tinggi dunia diperkirakan akan berlangsung dalam waktu lebih lama ketimbang perkiraan akibat inflasi yang masih tinggi. Tingginya bunga acuan memengaruhi tingkat biaya dana terutama bagi korporasi yang membutuhkan sokongan pendanaan baik dari perbankan maupun dari pasar modal melalui emisi obligasi terutama obligasi valas alias global bond. 

Sementara obligasi berdenominasi rupiah sejauh ini sudah relatif lebih murah dengan tingkat imbal hasil surat utang benchmark yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Yield SUN tenor 10 tahun, misalnya, walau beberapa waktu belakangan mulai merambat naik lagi hingga di atas 6,5%, sudah lebih landai dibandingkan rata-rata yield sepanjang 2022 yang masih di atas 7%.

Akan tetapi, penurunan tingkat imbal hasil surat utang itu tidak otomatis mendorong korporasi menggaet momentum pendanaan baru. Kelesuan permintaan domestik dan masih tingginya ketidakpastian global banyak menahan langkah perusahaan mencari pendanaan baik dari pasar modal melalui emisi obligasi ataupun kredit perbankan.

Korporasi masih banyak yang memilih mengoptimalkan fasilitas pendanaan yang sudah didapatkan sebelumnya untuk mendukung ekspansi. Perusahaan pembiayaan PT BFI Finance Tbk (BFIN) salah satunya.

"Emisi tahun ini sudah terealisasi semua. Kami belum membutuhkan refinancing karena funding sources masih besar. Sementara untuk rencana emisi obligasi tahun depan belum ditentukan, kami optimalkan [dana] dari PUB yang tersisa dan tidak buru-buru emisi [obligasi] baru," kata Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono, Kamis (7/9/2023).