Logo Bloomberg Technoz

Bukan Naikkan Bunga, Ini 'Jamu' BI untuk Sehatkan Rupiah

Krizia Putri Kinanti
24 August 2023 14:57

Pameran Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (Ferbi) di Jakarta, Jumat (18/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pameran Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (Ferbi) di Jakarta, Jumat (18/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai fokus kebijakan moneter adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari rambatan ketidakpastian ekonomi global. Namun, caranya bukan dengan menaikkan suku bunga acuan.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Agustus 2023, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat sepakat untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5,75%. BI 7 Day Reverse Repo Rate sudah bertahan di 5,75% selama 7 bulan.

"Fokus kebijakan moneter diarahkan untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai dampak rambatan ketidakpastian global. Sedangkan kebijakan makroprudensial tetap longgar, diarahkan untuk memperkuat efektivitas kredit pembiayaan hilirisasi," kata Perry dalam konferensi pers usai RDG di kantornya, Jakarta, Kamis (24/8/2023).

Namun di negara-negara maju, lanjut Perry, suku bunga memang masih bergerak naik. Di Amerika Serikat (AS), bank sentral The Federal Reserve diperkirakan masih menaikkan suku bunga acuan.

"AS kami perkirakan masih akan menaikkan Fed Funds Rate, bahkan akan naik 2 kali. Baseline kami 1 kali tetapi risiko potensial bisa 2 kami karena inflasi masih tinggi di AS," tuturnya.