Logo Bloomberg Technoz

Cara Sukses Game Content Creator Meningkatkan Penjualan


Ilustrasi Game Content Creator
Ilustrasi Game Content Creator

Bloomberg Technoz, Jakarta - Tujuh tahun lalu, Muhammad Itsnan Kusuma berjibaku di bawah teriknya ibu kota Jakarta hanya demi mencari sesuap nasi. Pekerjaannya sebagai seorang kurir platform e-logistik memaksanya bekerja 12 jam sehari dengan ganjaran bernilai upah minimum.

Namun, nasib Itsnan kini sudah berubah. Ia sekarang mampu menghasilkan lebih dari Rp60 juta sebulan dengan menekuni pekerjaan baru sebagai content creator di bidang game. Itsnan, yang akrab di media sosial sebagai ncang.smith, pun sukses menggaet 180 ribu pengikut di TikTok saat ini.

Kesuksesan itu tak lepas dari kecintaan Itsnan terhadap game dan kegigihan Itsnan dalam mengarungi pasang surut berkarier di bidang game.

Itsnan memulai karier sebagai staf sortir di salah satu platform logistik. Kala itu, Itsnan sering menghabiskan waktu luang dengan bermain game di ponselnya. Namun, Itsnan kerap ditegur orang tuanya lantaran hobinya menelan biaya besar.

Pada saat itu, Itsnan pun tergugah untuk mencoba menghasilkan uang dari kegemarannya tersebut. Meski berkantong cekak, Itsnan tetap nekat. Ia lantas menjual sepeda motornya demi mencoba peruntungan menjadi streamer game.

Di awal, Itsnan kesulitan menumbuhkan jumlah pengikutnya. Bahkan, Itsnan mengaku pernah terjerat pinjaman online untuk membiayai hobinya. Namun, Itsnan tak putus asa. Ia memutuskan berpindah platform live streaming ke TikTok dan langsung mendapat sambutan hangat. Buktinya, Itsnan sukses meraup Rp1 juta dan 10 ribu pengikut baru dari streaming pertamanya.

Kendati begitu, Itsnan tetap saja merasa cemas lantaran tingginya kompetisi antar content creator di TikTok. Apalagi, penghasilan streaming TikTok terbilang tak menentu. Ia bahkan pernah meraup Rp50 ribu saja dari satu sesi streaming.

Tetapi, Itsnan pantang mundur. Ia memilih membangun kariernya dengan perlahan dan menambah jumlah pengikutnya secara bertahap. Untungnya, konsistensi Itsnan tetap membuatnya bertahan sebagai streamer game hingga saat ini.

(Dok. Duitku)

Meski telah memetik buah dari live streaming, Itsnan merasa perlu mendiversifikasikan penghasilannya dari sumber lain. Ia kemudian menjajal peruntungan dengan berjualan voucer game sembari menjadi streamer melalui gerai bernama Smith Gamestore.

Awalnya, Itsnan melakukan bisnisnya, mulai dari mengecek hingga mengirim voucer, secara mandiri sambil bermain game dan streaming. Sayangnya, Itsnan kesulitan melakukan semua hal itu secara bersamaan. Meski tetangga rumahnya sudah membantunya sebagai admin gerai, pelanggannya tetap merasa tidak puas dengan pelayanannya karena lambatnya kecepatan admin dan human error.

Demi mengatasi permasalahan tersebut, ia pun menggunakan VocaGame, sebuah platform distributor voucer game yang membantu content creator seperti Itsnan untuk memiliki sarana penjualan voucer yang dapat didistribusikan langsung ke penontonnya dengan otomatis.

Melalui VocaGame, Itsnan dapat memiliki website pribadi dan sistem pengiriman voucer tanpa ribet dan selalu siap kapan saja. Terlebih, VocaGame memfasilitasi banyak metode pembayaran. Itsnan yang dulunya hanya bisa menerima pembayaran melalui transfer bank kini bisa menerima pembayaran dari metode lain seperti E-wallet dan tunai melalui gerai ritel. 

Karena puas dengan layanan VocaGame, Itsnan kini punya slogan baru untuk gerainya:

 “Smith Gamestore - buka 24 jam, tutupnya kalo kiamat. Pembayaran bisa via apapun kecuali Via Valen”

Kemudian, berkat VocaGame, Itsnan pun dapat mengelola lebih banyak pesanan. Bahkan, banyak pelanggan yang rutin berlangganan membeli voucer di gerainya. Hasilnya, omzet gerainya pun melesat dari Rp5 juta-Rp10 juta menjadi Rp500 juta per bulan.

Di samping itu, Itsnan kini bisa lebih fokus membuat konten lantaran seluruh proses penjualan, dari mulai pemilihan produk hingga pengiriman saldo voucer, dilaksanakan secara otomatis oleh VocaGame.

Namun, sistem pembayaran VocaGame mulus tersebut juga bisa berjalan karena VocaGame memanfaatkan layanan Payment Gateway dari Aspire bernama Duitku, layanan Payment Gateway yang memungkinkan pelaku bisnis menerima pembayaran melalui lebih dari 26 metode pembayaran dengan biaya rendah dan transparan. Aspire juga memberikan update real-time atas semua status transaksi.

Bagi VocaGame, update real-time ini memungkinkannya untuk mendistribusikan voucer langsung setelah pembayaran diterima. Keunggulan ini, lanjut Itsnan, sangat bermanfaat ketika ia menjual voucer saat streaming mengingat penontonnya kebanyakan akan menghujani kolom komentarnya dengan keluhan jika voucer tidak segera dikirim. Apabila terdapat banyak keluhan di kolom komentarnya, Itsnan khawatir calon pembeli lainnya akan mengurungkan niat untuk membeli voucer darinya.

(Dok. Duitku)

Pelanggan bisnis online, terutama produk digital, memang sensitif dengan kecepatan pembayaran karena produk-produk tersebut umumnya langsung dimanfaatkan. Oleh karenanya, VocaGame menganggap bahwa memilih layanan Payment Gateway unggulan adalah faktor esensial bagi bisnisnya.

“VocaGame sudah mencoba berbagai Payment Gateway di Indonesia dan sejauh ini memang Duitku yang terbaik. Timnya ramah dan selalu responsif ketika ada kendala sekecil apa pun bahkan kadang untuk urusan di luar payment. Kami tidak segan merekomendasikan klien kami memakai fasilitas Payment Gateway dari Duitku dan jadi partner bisnis andalan.“ ujar Hardi Wijaya, Chief Commercial Officer VocaGame.

(Dok. Duitku)

Setelah beralih ke Aspire, VocaGame juga melihat penurunan drastis atas jumlah keluhan transaksi “nyangkut” yang terjadi saat perusahaan menggunakan layanan Payment Gateway sebelumnya. Terlebih, layanan pelanggan Aspire juga siap 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu, sehingga pertanyaan apa pun akan ditanggapi dengan responsif.

Aspire memiliki visi untuk membantu perusahaan untuk membangun proses bisnis yang efisien. Semakin efisiennya proses bisnis tersebut tentunya juga akan membantu sosok seperti Encang dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

Bisnis penjualan voucher game ini menjadi salah satu keran pemasukan tambahan bagi Encang Smith. Asam garam ini taidak mengurangi optimisme Itsnan dalam berbisnis. Rencananya, pria berusia 25 tahun ini ingin terus memperluas dan mendiversifikasikan bisnisnya dengan membuka gerai offline untuk berbagai produk di 2024.

(tim)

Artikel Terkait