Logo Bloomberg Technoz

Lanskap pasar global sejauh ini terus berfluktuatif seiring arah suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang dipandang oleh investor sebagai faktor paling krusial. Pasar mendapatkan kelegaan menyusul sinyal terbaru dari The Fed bahwa ada peluang pemangkasan bunga acuan AS mencapai sebesar 100 basis poin.

Jamie Rush, Direktur Bloomberg Economics menyebutkan, The Fed yang cenderung dovish akan memangkas suku bunga tambahan sebesar 100 basis poin pada 2026.

“Pelonggaran regulasi secara besar-besaran juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” paparnya dalam riset terbaru, mengutip Bloomberg.

Dalam riset yang sama, Bloomberg Economics bersikap bullish terhadap perekonomian AS pada 2026. Tekanan (headwinds) pada 2025 diprediksi akan berbalik menjadi faktor pendorong (tailwinds) pada tahun berikutnya: hambatan akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan mulai mereda, kebijakan fiskal bergerak ke arah ekspansif, dan adopsi AI terus meluas.

Pada saat yang sama, kombinasi percepatan produktivitas yang moderat dan perekrutan tenaga kerja yang cenderung lemah diperkirakan akan membuat The Fed tetap bersikap akomodatif.

“Kami memperkirakan perekonomian akan tumbuh 2,7% pada 2026, inflasi melambat hingga di bawah 2,5% pada 2026, serta FOMC memangkas suku bunga tambahan sebesar 100 basis poin.”

Analisis Teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi kembali melanjutkan tren penguatan biarpun hari ini masih akan ada di rentang sempitnya.

Analisis Teknikal Rupiah Senin 29 Desember 2025 (Sumber: Tim Riset Bloomberg Technoz, diolah)

Rupiah berpotensi menguat terbatas hari ini menuju resistance terdekat di Rp16.750/US$. Target penguatan lanjutan ada di Rp16.720/US$ dan Rp16.700/US$.

Adapun nilai rupiah memiliki level support psikologis di Rp16.800-16.840/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengonfirmasi laju support selanjutnya yaitu Rp16.870/US$.

(fad/aji)

No more pages