Logo Bloomberg Technoz

Contoh awal mobil bertenaga kombinasi dapat ditelusuri hingga awal abad ke-20, tetapi mobil hybrid baru menjadi populer pada akhir 1990-an ketika Toyota Motor Corp. dari Jepang mulai menjual Prius. Sebagai mobil hybrid massal pertama di dunia, Prius membantu menormalisasi konsep berkendara listrik jauh sebelum jaringan pengisian daya yang luas tersedia. 

Berbagai jenis mobil hybrid

Sebagian besar mobil hybrid, termasuk Prius, memiliki sistem transmisi kompleks yang menggabungkan tenaga dari mesin pembakaran internal dan motor listrik. Baterai mereka diisi sebagian oleh mesin dan dari energi yang ditangkap selama pengereman, yang sebaliknya akan hilang saat kendaraan melambat. Mobil plug-in hybrids (PHEV) berjalan lebih jauh, memungkinkan pengemudi mengisi baterai dari pengisian daya publik. 

Kendaraan hybrid cenderung menggunakan motor listriknya secara maksimal saat melintasi area perkotaan dengan kecenderungan stop and go, dan akan lebih mengandalkan mesin bensin saat melaju pada kecepatan tinggi.

Pada jenis hybrid lain yang dikenal sebagai extended-range EV (EREV), motor listrik menggerakkan roda, sedangkan mesin bensin berfungsi semata-mata sebagai generator yang menjaga baterai tetap terisi penuh. Konfigurasi ini digunakan pada model hybrid awal seperti Chevrolet Volt lebih dari satu dekade lalu.

Produsen mobil China telah menghidupkan kembali dan menyempurnakan EREV, mengembangkannya dengan jangkauan yang jauh lebih panjang dan generator yang lebih efisien. 

Rasio transisi penggunaan mobil tradisional ICE, full BEV, hybrid, hingga PHEV sejak 2020-2024.

Alasan mobil hybrid semakin populer

Selama sebagian besar dekade terakhir, pertumbuhan pesat mobil listrik sepenuhnya membuat banyak pihak di industri ini menganggap mobil hybrid hanya akan memainkan peran singkat dalam peralihan ke transportasi yang lebih bersih. Pabrikan mobil yang berfokus pada EV, dipimpin oleh Tesla Inc. milik Elon Musk, mendominasi narasi saat penjualan mobil listrik sepenuhnya mulai meningkat. 

Sejak sekitar tahun 2023, mobil listrik perlu mulai menarik pembeli yang lebih sensitif terhadap harga di pasar Barat untuk mempertahankan momentum pertumbuhannya. Namun, mobil listrik terbukti terlalu mahal bagi banyak pengemudi. Selain itu, sebagian besar mobil listrik tidak memiliki jangkauan yang sama dengan mobil berbahan bakar bensin tradisional, dan terdapat kekurangan titik pengisian daya yang tersedia di sebagian besar dunia.

Beberapa pembeli kemudian cenderung ragu terhadap mobil listrik karena kekhawatiran bahwa baterainya mungkin memiliki umur pakai yang terbatas. 

Semakin banyak pengemudi yang beralih ke mobil hybrid, melihatnya sebagai cara terjangkau untuk mengurangi emisi secara signifikan tanpa harus mengubah tempat atau cara mereka mengisi bahan bakar. 

Beberapa pemerintahan sebuah negara telah melonggarkan insentif dan regulasi yang bertujuan mendorong adopsi mobil listrik. Akibat perubahan kebijakan dan permintaan yang mengecewakan terhadap model EV awal mereka, produsen mobil Barat seperti Ford Motor Co. dan Volkswagen AG mengurangi upaya pengembangan EV dan mengalihkan lebih banyak dana ke mobil hybrid.

Pemain Asia seperti Toyota dan Honda Motor Co., yang tidak pernah meninggalkan mobil hybrid, kini semakin sejalan dengan pergeseran sentimen konsumen. Di Eropa, mobil hybrid berkembang paling cepat di pasar selatan, di mana mobil listrik masih mahal dan infrastruktur pengisian daya publik masih belum merata.

Perakitan baterai mobil Mini Countryman, grup dari BMW Group di Leipzig, Jerman. Bloomberg

Apakah mobil hybrid adalah pilihan yang ramah lingkungan?  

Mobil hybrid pernah dipuji sebagai langkah penting menuju netralitas karbon, tetapi daya tarik ekologisnya berkurang ketika penjualan mobil listrik sepenuhnya melonjak pada awal dekade ini. Teknologi transisi yang pernah dipuji kini semakin dianggap sebagai penyokong bagi merek mobil tradisional yang enggan atau tidak mampu beralih ke elektrifikasi secara penuh.

Toyota, perusahaan yang mempelopori teknologi ini, telah mendapat kritik luas karena tetap mempertahankan mobil hybrid sementara menolak beralih ke EV. Pabrikan mobil Jepang ini berargumen bahwa dunia belum memiliki sumber daya yang cukup untuk beralih sepenuhnya ke mobil listrik secepat yang diharapkan oleh pembuat kebijakan, dan bahwa pendekatan “multi-pathway” — menawarkan mobil hybrid, mobil sel bahan bakar hidrogen, dan mobil listrik — akan mengurangi emisi lebih cepat dalam jangka pendek.

Aktivis iklim skeptis terkait pandangan ini. Mereka berargumen bahwa mobil bensin-listrik tidak eco-friendly seperti yang diklaim oleh produsennya, karena tidak selalu jelas seberapa sering atau seberapa banyak mobil hybrid beroperasi dengan listrik dibandingkan dengan membakar bensin.

Mobil PHEV menjadi sumber ketegangan lain: Studi menunjukkan banyak pengemudi jarang mengisi daya mobil tersebut, artinya kendaraan tersebut sering beroperasi seperti mobil konvensional sambil membawa baterai yang tidak terpakai dan berat. 

Mobil lisstrik Volkswagen ID.7 GTX Tourer di Wolfsburg, Jerman. Bloomberg

Grup kampanye Transport & Environment (T&E) mengatakan data dari ribuan mobil menunjukkan bahwa PHEV hanya menghasilkan 19% lebih sedikit karbon dioksida per kilometer, rata-rata, dibandingkan mobil bensin dan diesel. Di dunia nyata, emisi CO2 dari mobil hybrid plug-in hampir lima kali lipat dari yang disarankan oleh tes resmi, menurut T&E. 

BNEF mengatakan sistem pengujian emisi kendaraan UE sedang diperbarui. Hasilnya dapat menjadi penentu dalam menentukan berapa banyak mobil hybrid yang diizinkan dijual oleh pabrikan di blok tersebut, karena porsinya akan bergantung pada emisi rata-rata PHEV.  

Mengapa mobil PHEV tidak mengisi daya?

Alasannya seringkali praktis. Pengemudi mobil sebuah perusahaan di Eropa, yang merupakan sebagian besar pemilik PHEV, seringkali mandapatkan anggaran BBM. Pada bagian lain, untuk pengisian daya mobil PHEV di rumah biasanya ditanggung oleh karyawan. Ketidakseimbangan ini membuat banyak pengemudi tidak memiliki insentif finansial untuk mengisi daya.

Banyak penduduk perkotaan tidak dapat mengisi daya di rumah, dan kenaikan besar dalam tagihan listrik rumah tangga di beberapa pasar terkadang membuat pengisian daya lebih mahal daripada mengisi bahan bakar di SPBU.

(bbn)

No more pages