Logo Bloomberg Technoz

Dengan demikian, dia memprediksi impor bijih nikel akan terkerek naik pada tahun depan untuk mensubstitusi kekurangan bijih akibat pemangkasan produksi.

“Smelter Indonesia terpaksa harus mencari alternatif pasokan luar negeri agar fasilitas pemurnian yang telah dibangun dengan investasi miliaran dolar tidak menganggur” tegas dia.

Suasana aktivitas tambang nikel di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Senin (10/7/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Sebelumnya, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) membeberkan produksi bijih nikel dalam RKAB 2026 diajukan sekitar 250 juta ton, turun drastis dari target produksi dalam RKAB 2025 sebanyak 379 juta ton.

Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey menjelaskan rencana produksi bijih mentah tersebut ditetapkan lebih rendah dibandingkan dengan tahun ini demi menjaga harga nikel tidak makin turun.

“Rencana pemerintah gitu [produksi bijih nikel dalam RKAB 2026 sebanyak 250 juta ton]. Rencana ya. Namun, kan saya enggak tahu realisasinya,” kata Meidy ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (16/12/2025).

Impor Bijih

Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) mengungkapkan impor bijih nikel dari Filipina pada tahun ini diprediksi meningkat menjadi 15 juta ton, atau naik sekitar 25% dari realisasi tahun sebelumnya sekitar 12 juta ton.

Ketua Umum FINI Arif Perdana Kusumah menjelaskan impor bijih nikel asal Filipina tersebut cukup banyak dilakukan perusahaan di wilayah Maluku Utara, seperti untuk kawasan Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) hingga Harita Nickel.

“Pada 2025, perkiraan kita sampai akhir tahun ini sekitar 15 juta. Jadi ada kenaikan itu dari Filipina,” kata Arif kepada awak media, dikutip Jumat (19/12/2025).

Arif menerangkan, dari total target produksi bijih nikel dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2025 sekitar 379 juta ton, produksi riilnya diperkirakan hanya bisa mencapai 80% dari total kuota akibat faktor cuaca dan proses peningkatan kapasitas tambang.

Dengan demikian, Arif memprediksi, sekitar 15% dari total target produksi 300 juta-an ton tersebut akan diimpor oleh pengusaha untuk menutupi kekurangan stok dari produksi domestik.

Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mendata impor bijih dan konsentrat nikel dari Filipina mencapai 12,01 juta ton sepanjang Januari—Oktober 2025.

Pada periode tersebut, impor nikel melalui pelabuhan Weda tercatat sebesar 9,5 juta ton. Kemudian, 2,11 juta ton impor nikel masuk ke Indonesia melalui pelabuhan Morowali.

Sisanya, 289.616 ton masuk ke Indonesia melalui pelabuhan Kolonodale. Lalu, 56.650 ton masuk melalui pelabuhan Samarinda dan 53.400 ton masuk melalui pelabuhan Kendari.

(azr/naw)

No more pages