Logo Bloomberg Technoz

“Dalam jangka panjang bisa mengancam permintaan nikel itu sendiri,” ungkap dia.

Nikel sulfat dipamerkan di Stan Sungeel Hitech Co di pameran InterBattery di Seoul, Korea Selatan./Bloomberg-SeongJoon Cho

Pembatasan Smelter

Di sisi lain, pembatasan produksi tersebut juga dibarengi dengan pengetatan izin smelter baru yang hanya memproduksi produk antara atau intermediate.

Dengan begitu, kata Wahyu, pemangkasan produksi tersebut juga bisa memberikan sinyal Indonesia tengah memperbaiki tata kelola pertambangan.

“Ini menandakan Indonesia mulai beralih dari mengejar volume menjadi mengejar value dan standar lingkungan yang lebih baik,” ujarnya.

Lebih lanjut, Wahyu mengatakan, berdasarkan studi International Nickel Study Group (INSG), surplus global pada 2026 akan mencapai 261.000 ton, sehingga dengan pemangkasan produksi dari Indonesia secara kasar dapat menghilangkan ratusan ribu ton pasokan dari pasar.

Meskipun begitu, dia menegaskan stok logam nikel di gudang London Metal Exchange (LME) masih cukup tinggi, sehingga pemangkasan produksi tersebut tidak berefek secara langsung terhadap harga karena pasar akan menyerap stok yang tersedia terlebih dahulu.

“Rencana pemangkasan ke 250 juta ton adalah 'obat kuat' untuk menahan kejatuhan harga nikel lebih dalam. Isu oversupply kemungkinan besar akan teredam secara setidaknya pada semester II-2026,” kata Wahyu.

Sebagai informasi, Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) mengungkapkan impor bijih nikel dari Filipina pada tahun ini diprediksi meningkat menjadi 15 juta ton, atau naik sekitar 25% dari realisasi tahun sebelumnya sekitar 12 juta ton.

Ketua Umum FINI Arif Perdana Kusumah menjelaskan impor bijih nikel asal Filipina tersebut cukup banyak dilakukan perusahaan di wilayah Maluku Utara, seperti untuk kawasan Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) hingga Harita Nickel.

“Pada 2025, perkiraan kita sampai akhir tahun ini sekitar 15 juta. Jadi ada kenaikan itu dari Filipina,” kata Arif kepada awak media, dikutip Rabu (17/12/2025).

Arif menerangkan, dari total target produksi bijih nikel dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2025 sekitar 379 juta ton, produksi riilnya diperkirakan hanya bisa mencapai 80% dari total kuota akibat faktor cuaca dan proses peningkatan kapasitas tambang.

Untuk itu, Arif memprediksi sekitar 15% dari total target produksi 300 juta-an ton tersebut akan diimpor oleh pengusaha untuk menutupi kekurangan stok dari produksi domestik.

Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mendata impor bijih dan konsentrat nikel dari Filipina mencapai 12,01 juta ton sepanjang Januari—Oktober 2025.

Pada periode tersebut, impor nikel melalui pelabuhan Weda tercatat sebesar 9,5 juta ton. Kemudian, 2,11 juta ton impor nikel masuk ke Indonesia melalui pelabuhan Morowali.

Sisanya, 289.616 ton masuk ke Indonesia melalui pelabuhan Kolonodale. Lalu, 56.650 ton masuk melalui pelabuhan Samarinda dan 53.400 ton masuk melalui pelabuhan Kendari.

Adapun, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) membeberkan produksi bijih nikel dalam RKAB 2026 diajukan sekitar 250 juta ton, turun drastis dari target produksi dalam RKAB 2025 sebanyak 379 juta ton.

Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey menjelaskan rencana produksi bijih mentah tersebut ditetapkan lebih rendah dibandingkan dengan tahun ini demi menjaga harga nikel agar tidak makin turun. 

“Rencana pemerintah gitu [produksi bijih nikel dalam RKAB 2026 sebanyak 250 juta ton]. Rencana ya. Namun, kan saya enggak tahu realisasinya,” kata Meidy ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (16/12/2025).

“Biar harga naik dong. Kalau produksi terlalu over kan harga pasti turun ya,” tegas Meidy.

(azr/wdh)

No more pages