Logo Bloomberg Technoz

“Keputusan BI memberi sinyal dukungan terhadap stabilitas nilai tukar dan arus modal,” sebut riset Samuel Sekuritas, Kamis (18/12/2025).

Menurut Samuel Sekuritas, BI mungkin melihat ada tendensi minimnya pasokan valas untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah. Ini bisa dilihat dari surplus neraca perdagangan yang makin menipis.

Pada Oktober, surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat US$ 2,39 miliar. Ini menjadi yang terendah dalam enam bulan terakhir.

“Tren ini menunjukkan bahwa momentum perdagangan mulai melambat. Akibatnya, BI berada di posisi yang hati-hati dan cenderung defensif,” lanjut riset tersebut.

Pro-Stabilitas

Bagi pasar, tambah riset Samuel Sekuritas, keputusan BI tersebut memberi konfirmasi bahwa posisi (stance) saat ini adalah pro-stabilitas. Posisi ini suportif bagi rupiah, bisa membantu meredakan tekanan depresiasi.

“Pasar saham juga sedikit banyak bisa terbantu. Stabilitas nilai tukar rupiah akan menurunkan biaya impor sehingga menjaga kinerja keuangan sejumlah emiten,” demikian riset Samuel Sekuritas.

Ke depan, Samuel Sekuritas berpandangan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan sembari memantau perkembangan nilai tukar rupiah, permintaan domestik, dan kondisi pasar keuangan global. Jika inflasi bergerak sesuai target dan rupiah tetap stabil, maka ada ruang untuk mengkalibrasi kebijakan suku bunga, terlebih andai pertumbuhan ekonomi melambat.

“Namun untuk saat ini, keputusan BI Rate pada Desember memberi konfirmasi bahwa bank sentral ingin agar pemangkasan yang dilakukan sebelumnya lebih berdampak ke perekonomian,” pungkas riset Samuel Sekuritas.

Kemudian, riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebut tidak ada kejutan berarti dari keputusan BI yang mempertahankan suku bunga acuan. Keputusan ini sudah sejalan dengan ekspektasi pasar.

“Perhatian BI masih tertuju pada stabilitas rupiah dan upaya penurunan suku bunga perbankan,” tulis laporan Mirae Asset.

Lalu riset MNC Sekuritas menyatakan keputusan BI kemarin menegaskan kehati-hatian usai sebelumnya suku bunga acuan dipangkas 125 bps tahun ini. BI perlu menjaga selisih (spread) dengan Federal Funds Rate yang kini berada di kisaran 100 bps.

“Kami melihat fokus BI adalah stabilitas nilai tukar di tengah outflows asing yang masih berlanjut, dengan rupiah yang melemah 0,2% month-to-date. Tekanan global dalam jangka pendek relatif mereda, tetapi risiko fiskal domestik meningkat sehingga ruang manuver kebijakan moneter dijaga lebih hati-hati,” jelas riset MNC Sekuritas.

Ke depan, MNC Sekuritas melihat peluang untuk pemangkasan 25-50 bps pada 2026. Syaratnya, stabilitas rupiah dan kredibilitas kebijakan fiskal tetap konsisten.

- Dengan asistensi M Julian Fadli -

(aji)

No more pages