Perusahaan teknologi seperti Google dan Microsoft Corp. sering mengambil tindakan hukum sejenis. Tujuan mereka mendapatkan izin pengadilan untuk menyita infrastruktur web yang digunakan kelompok penjahat siber untuk menjalankan aktivitas.
Mengambil alih domain dan layanan lain tersebut mengganggu operasi para pelaku phising, memaksa mereka untuk mengembangkan muslihat baru atau menghentikan tindakan scheme.
Versi terbaru software tersebut menawarkan tool yang menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk membuat versi palsu dari hampir semua situs web dalam hitungan menit, dikutip dari gugatan tersebut.
Grup Darcula tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar. Saluran Telegram yang digunakan oleh anggota kelompok tersebut, yang tercantum dalam gugatan Google, tidak lagi ada.
Perusahaan yang berbasis di Mountain View, California, tersebut mengatakan dalam gugatan bahwa mereka mengambil tindakan karena upaya kejahatan siber tersebut menggunakan merek Google dan telah memaksa perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya yang signifikan untuk melawan upaya penipuan tersebut.
Google pada November menggugat kelompok kejahatan siber yang diduga bertanggung jawab atas pengiriman pesan teks yang secara curang memperingatkan orang tentang tagihan tol yang belum dibayar atau pengiriman paket yang gagal.
NBC News sebelumnya menurunkan laporan tentang tindakan hukum tersebut.
(bbn)
































