Logo Bloomberg Technoz

Akibatnya, nilai tukar rupiah pun mengalami tekanan. Rupiah menjadi satu dari sedikit mata uang Asia yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tahun ini.

“Indonesia sedang mengalami proses perubahan kalibrasi kredibilitas. Investor mencemaskan keberlanjutan fiskal dan over-governance,” tegas Ze Yi Ang, Portfolio Manager di Allianz Global Investor.

Pada Oktober lalu, laporan Goldman Sachs Inc menyebut ada ketidaksesuaian (mismatch) antara investor asing dan domestik. Kala investor asing ‘minggat’, investor domestik masuk sehingga menekan yield ke level terendah dalam hampir empat tahun.

Mismatch antara pembelian domestik dengan asing ini sebagian merefleksikan ketidakpastian dari arah kebijakan,” sebut laporan Goldman Sachs.

Yield Turun

Namun ada kabar baiknya. Seperti yang sudah disinggung di atas, yield terus bergerak turun.

Untuk tenor setahun, misalnya, rata-rata yield yang dimenangkan adalah 4,9%. Lebih rendah ketimbang lelang 2 Desember yaitu 5%.

Kemudian untuk tenor lima tahun, yield yang dimenangkan pada lelang kemarin adalah 5,51%. Dalam lelang 2 Desember, angkanya masih 5,71%.

Demikian pula dengan tenor 10 tahun, di mana yield rata-rata yang dimenangkan kemarin ada di 6,11%. Turun ketimbang lelang 2 Desember yakni 6,24%.

Penurunan yield pada gilirannya akan membantu menekan biaya bunga yang harus dibayarkan pemerintah selaku penerbit SBN. Saat biaya bunga utang turun, maka beban fiskal bisa dikurangi.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026, anggaran pembayaran bunga utang mencapai hampir Rp 600 triliun. Sudah naik dibandingkan APBN 2025 yang sebesar Rp 541,5 triliun.

Jika yield SBN bisa terus turun, maka biaya pembayaran bunga utang pemerintah pun akan berkurang. Ini tentu menjadi angin segar bagi pengelolaan kebijakan fiskal yang berkelanjutan.

(riset)

No more pages