Logo Bloomberg Technoz

"Akan tetapi, investor global masih cenderung wait and see sehingga berdampak pada capital flows yang pada gilirannya berdampak pada pergerakan nilai tukar rupiah," kata dia. 

Data-data regional Asia Pasifik, terutama dari Tiongkok, yang cenderung terus menunjukkan pelemahan, menambah risiko prospek ekonomi regional, meski fundamental ekonomi Indonesia masih cukup solid.

Risiko dari sisi pelebaran defisit fiskal Indonesia di tengah agenda pro-pertumbuhan juga membuat investor global lebih berhati-hati.

Perubahan regulasi yang terjadi pada akhir tahun, seperti salah satunya aturan terkait DHE SDA, juga meningkatkan ketidakpastian sehingga membuat investor global lebih waspada lagi.

"Dua kondisi yang berseberangan tersebut akan menjadi tantangan bagi BI dalam mengukur risiko serta mengambil keputusan terkait BI-rate pada pertemuan RDG bulan Desember 2025," kata Josua.

Saat ini, Josua melihat risiko pada sisi stabilitas rupiah lebih mendominasi, sehingga BI-rate kemungkinan besar akan ditahan. Namun, jika menjelang pengumuman hasil RDG, kondisi rupiah mampu berbalik arah secara signifikan, "maka bisa saja BI kembali shifting dari stance menjaga stabilitas dalam jangka pendek menjadi kembali ke pro-pertumbuhan dan memotong BI-rate 25 bps menjadi 4,5%."

(lav)

No more pages