Logo Bloomberg Technoz

Laporan terbaru ini juga merupakan gabungan dari berbagai sumber. Ia mengumpulkan data dari penelitian terbaru dan kemudian menganalisisnya melalui model untuk memprediksi hasil di bawah skenario kebijakan yang berbeda.

Winnie Lau, direktur proyek Pew’s Preventing Ocean Plastics dan salah satu penulis laporan, mengatakan timnya “ingin menggabungkan semua data dalam analisis terintegrasi untuk melihat dampak secara menyeluruh.”

Pew menerbitkan laporan serupa pada tahun 2020, namun saat itu cakupannya dibatasi pada polusi dari plastik yang berinteraksi langsung dengan konsumen, seperti kemasan yang berakhir di sistem limbah padat.

Laporan ini mencakup jauh lebih luas, termasuk “plastik tersembunyi”, seperti yang digunakan di sektor konstruksi, pertanian, dan transportasi.

Jika dunia terus mengikuti tren saat ini, prospek untuk tahun 2040 sangat kelam, laporan tersebut memperingatkan. 

Relawan menyebarkan kantong plastik untuk dikeringkan di pusat daur ulang di Rayong, Thailand, Rabu (14/12/2022). (Andre Malerba/Bloomberg)

Proyeksinya bahwa produksi plastik baru secara global akan meningkat sebesar 52%, dua kali lipat dari sistem pengelolaan limbah.

Hal lainnya adalah emisi gas rumah kaca terkait plastik diperkirakan akan melonjak sebesar 58%, mencapai 4,2 gigaton karbon dioksida setara per tahun — cukup untuk menjadikan produksi plastik sebagai negara ketiga terbesar dalam emisi karbon dioksida jika diukur sebagai negara.

Sumber permasalahanya adalah fakta bahwa plastik sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil. 

Ada sekitar 16.000 bahan kimia berbeda dalam plastik, dan para ilmuwan telah mengidentifikasi lebih dari seperempat di antaranya sebagai bahan kimia dengan potensi berbahaya bagi kesehatan manusia.

Bahan Kimia Berbahaya

Dalam lima tahun sejak laporan Pew terakhir, gelombang penelitian telah berusaha memahami khususnya bagaimana kelas bahan kimia yang dikenal sebagai pengganggu endokrin, dan banyak digunakan dalam kosmetik dan peralatan dapur, dapat memengaruhi fungsi pencernaan, reproduksi, dan kognitif.

Pew juga membuat sebuah model dampak kesehatan global yang terkait dengan produksi dan pembuangan plastik (tidak termasuk mikroplastik) serta polusi yang terkait. Para penulis memperkirakan populasi dunia akan kehilangan 5,6 juta tahun kehidupan sehat pada tahun 2025 dan 9,8 juta tahun pada tahun 2040.

Studi Menemukan bahwa Kelebihan Pasokan Plastik di Dunia Akan Memburuk pada Tahun 2040 (Bloomberg)

Produksi plastik primer bertanggung jawab atas sebagian besar dampak ini melalui kaitannya dengan kanker dan penyakit pernapasan. 

Negara-negara dan penggiat komunitas sudah memiliki tool yang tersedia untuk mengurangi produksi dan penggunaan plastik secara drastis. Mereka dapat mewajibkan desain produk dan kemasan yang lebih baik serta berinvestasi dalam infrastruktur untuk mendukung daur ulang. (Bayangkan bagaimana tukang susu dulu mengantarkan botol susu sambil membawa pulang botol bekas untuk dibersihkan dan diisi ulang.)

Dalam skenario ideal Pew, subsidi untuk produksi plastik akan dihapuskan dan pengumpulan limbah akan diperluas secara signifikan. Jika hal itu terjadi, hampir 100% kemasan konsumen dapat dikumpulkan dan tingkat daur ulang dapat berlipat ganda, tulis para penulis.

Studi Menemukan bahwa Kelebihan Pasokan Plastik di Dunia Akan Memburuk pada Tahun 2040 (Bloomberg)

Namun, bahkan dalam kondisi ideal, mereka mengaku, mikroplastik akan jauh lebih sulit dikendalikan. Sumber utama mikroplastik adalah debu dari ban kendaraan yang berputar, cat.

Terdapat pula produk terkait pertanian — misalnya, pupuk yang dijual dalam pod plastik dan larut ke dalam tanah dan lembaran plastik yang digunakan sebagai mulsa. Sedikit sekali pengganti yang sederhana untuk bahan-bahan ini. 

Di antara rekomendasi Pew adalah mengurangi produksi plastik secara keseluruhan, menggunakan bahan kimia yang lebih aman, dan mengambil tindakan terarah untuk mengurangi pelepasan mikroplastik.

Sebuah kelompok penentang-plastik menyambut baik laporan tersebut. “Kita membutuhkan undang-undang yang mewajibkan penggunaan bahan kimia beracun yang lebih sedikit dalam plastik dan produksi plastik yang lebih sedikit, dan kami mengapresiasi Pew karena memprioritaskan langkah-langkah tersebut,” kata Judith Enck, presiden Beyond Plastics dan mantan administrator regional Badan Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency/EPA). 

Namun, Enck mengatakan para penulis kelewat optimis dalam memperkirakan bahwa daur ulang plastik akan meningkat secara signifikan dengan kebijakan yang berbeda. 

“Ada alasan bagus bahwa tingkat daur ulang plastik belum pernah mencapai dua digit,” katanya. “Itu karena kompleksitas kimia dan polimernya membuat daur ulang skala besar secara teknis dan ekonomis tidak feasible. Kita membuang waktu berharga dengan mengandalkan sistem yang tidak berfungsi selama puluhan tahun.”

(bbn)

No more pages