“Diameter pipa yang lebih besar membuat volume aliran yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat, sehingga mempercepat seluruh proses logistik,” tambah Milla.
Kemampuan sistem logistik minyak mentah yang baru ini juga meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. Milla menjelaskan bahwa dengan kapasitas penerimaan dan penyaluran minyak mentah yang lebih besar dan lebih cepat, kapal tanker tidak lagi harus menunggu lama untuk proses bongkar muat. Hal ini menurunkan biaya demurrage sekaligus mempercepat produktivitas pembongkaran minyak mentah.
Ia menambahkan, dua tangki raksasa di Lawe-Lawe tersebut dirancang untuk memperkuat ketahanan energi nasional dan meningkatkan efisiensi distribusi minyak mentah. Kedua tangki berkapasitas masing-masing 1 juta barel ini menjadi fasilitas penyimpanan minyak mentah terbesar di Asia Tenggara serta menjadi infrastruktur kunci dalam proyek RDMP Balikpapan.
“Keberadaan tangki ini memungkinkan pengelolaan inventori minyak mentah yang lebih fleksibel dan terintegrasi dengan kilang Balikpapan,” ujar Milla.
Tangki raksasa Lawe-Lawe mulai dibangun pada Oktober 2019 dan diselesaikan pada Desember 2024. Fasilitas ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas inventori bahan baku Kilang Balikpapan, yang kemampuan pengolahannya naik dari 260 ribu menjadi 360 ribu barel per hari.
Menurut Milla, dengan statusnya sebagai fasilitas penyimpanan minyak mentah terbesar di Asia Tenggara, Tangki Lawe-Lawe menjadi ikon baru ketahanan energi nasional. Keberadaannya siap menopang operasional Kilang Balikpapan sekaligus memperkuat sistem penyimpanan minyak mentah Indonesia.
“Tangki raksasa Lawe-Lawe bukan hanya simbol kekuatan infrastruktur, tetapi juga representasi nyata dari transformasi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih mandiri dan kompetitif. Ini sekaligus jadi simbol nyata dari komitmen KPI dalam membangun sistem energi nasional yang tangguh, efisien, dan berkelanjutan,” tutup Milla.
(tim)
































