Logo Bloomberg Technoz

"Saya telah menyatakan kebijakan nasional Jepang sama sekali tidak berubah. Tanggapan mereka bahwa ini saja tidak cukup. Namun, mengenai apa yang harus dilakukan, saya lebih baik tidak membahasnya lebih lanjut [karena diskusi itu bersifat pribadi]," kata Saito.

"Kami telah mengadakan berbagai diskusi. Kami telah menyampaikan pemikiran kami tentang bagaimana mengatasi situasi ini."

Ditanya tentang apa yang perlu dilakukan untuk menemukan cara meredakan ketegangan, Saito menyampaikan "tidak ada yang bisa saya bahas saat ini."

Pernyataan hati-hati Saito menunjukkan kerumitan masalah yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda lebih dari sebulan setelah ucapan Takaichi mengenai Taiwan pada 7 November. Pekan ini, kedua belah pihak saling menuding, setelah Jepang mengklaim pesawat China telah mengunci radarnya pada jet tempur Jepang akhir pekan lalu.

Selama bertahun-tahun, Komeito berperan sebagai jalur komunikasi alternatif dengan Beijing. Meski partai tersebut kini telah keluar dari koalisi pemerintah usai seperempat abad, pernyataan Saito menunjukkan bahwa Komeito masih bisa berkontribusi dalam meredakan ketegangan.

Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi. (Bloomberg)

Pada Januari 2013, saat hubungan bilateral tegang akibat sengketa teritorial, mantan pemimpin Komeito, Natsuo Yamaguchi bertemu dengan Sekretaris Jenderal Partai Komunis China Xi Jinping, menyerahkan surat pribadi dari PM Jepang saat itu, Shinzo Abe. Abe kemudian bertemu Xi pada November 2014 di Beijing, saat China menjadi tuan rumah KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

Sejak didirikan pada 1964, Komeito berusaha mempromosikan hubungan yang hangat antara Jepang dan China. Platform kebijakan pendiriannya menyerukan pengakuan terhadap Republik Rakyat China dan pembentukan hubungan diplomatik penuh. Kedua negara menormalisasi hubungan pada 1972.

Saito, yang mengunjungi China dengan membawa surat dari mantan PM Shigeru Ishiba pada April lalu, mengatakan bahwa ia ingin melakukan kunjungan lagi tahun depan.

"Mengingat situasi saat ini, saya berharap bisa pergi sesegera mungkin sambil memantau keadaan," katanya.

Saito mengatakan Komeito ingin memanfaatkan "hubungan kuat" yang telah dibangun partai tersebut dengan China selama bertahun-tahun. Ia terus mendesak pemerintahan Takaichi agar tidak memperburuk situasi lebih lanjut. Dia menyarankan PM dan anggota kabinetnya agar tidak mengunjungi Kuil Yasukuni, yang dianggap beberapa negara sebagai simbol pemujaan terhadap masa lalu perang Jepang. 

Kunjungan pemimpin Jepang ke kuil tersebut biasanya menimbulkan gelombang kritik dari negara-negara tetangga, terutama China dan Korea Selatan. Takaichi belum mengunjungi kuil tersebut sejak menjadi PM, meski dia pernah berkali-kali mengunjunginya di masa lalu.  

"Ini adalah masalah keagamaan. Apakah akan berkunjung atau tidak, itu masalah kebebasan pribadi," ujar Saito. "Namun, saya ingin dia mempertimbangkan dengan cermat apa yang akan terjadi dalam hal diplomasi jika dia mengunjungi kuil tersebut dalam kapasitas resminya sebagai PM."

(bbn)

No more pages