Di dalam negeri, dia menjelaskan aktivitas manufaktur Indonesia terus menunjukkan penguatan selama empat bulan terakhir, dengan PMI Manufaktur Indonesia tercatat ekspansif pada November 2025 di level 53,3.
Dia mengklaim peningkatan permintaan domestik menjadi faktor pendorong utama, turut mendukung peningkatan produksi, penyerapan tenaga kerja, dan aktivitas pembelian menjelang akhir tahun.
“Kita terus memperkuat pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan yang terarah, termasuk stimulus kuartal IV/2025, sekaligus mendorong ekspor yang bernilai tambah dan menjaga ketahanan sektor padat karya untuk mengoptimalkan kontribusi pada ekonomi nasional,” ujar Febrio.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan mencatatkan surplus US$35,9 miliar sepanjang periode Januari–Oktober 2025, yang utamanya disumbang oleh surplus sektor nonmigas senilai US$51,5 miliar.
Total nilai ekspor Indonesia secara kumulatif tercatat US$234,0 miliar, naik 7% dibanding periode yang sama tahun 2024, didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 8,4%. Hal ini diperkuat oleh pertumbuhan sektor-sektor kunci, di mana ekspor nonmigas hasil industri pengolahan naik 15,8% dan ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan melonjak 28,6%.
Di sisi lain, lanjut dia, peningkatan impor barang modal sebesar 18,7% selama periode yang sama juga menjadi sinyal positif akan perluasan kapasitas produksi dan investasi yang berkelanjutan.



























