Kemudian, antibiotik untuk penurun demam tinggi, obat anti nyeri dan juga antibiotik klinik pertama pada anak atau dewasa. Lalu, obat untuk sesak napas, antiseptik dan perban, dan juga vaksin tetanus.
"Termasuk di sini, penting prioritas berikutnya mental health dan psychosocial support. Terutama untuk anak, ruang aman aktivitas rutin, pendampingan psikosocial ringan," jelasnya.
"Sekali lagi gangguan psikologis itu tidak terlihat, tapi sangat memengaruhi kesehatan fisik dari si individu atau pasien," tegasnya.
Dicky menyebutkan beberapa penyakit lainnya yang mengintai, yakni, ISPA atau infeksi saluran pernapasan atas. Penyakit ini terbilang sering muncul pada musibah banjir.
Kemudina, penyakit pencernaan, diare dan gastroenteritis atau peradangan pada usus dan lambung. Hal ini terjadi karena air bersih yang terkontaminasi, kerusakan sanitasi dan juga kebersihan tangan yang sulit dipertahankan.
Lalu, ada penyakit kulit dermatitis karena terjadi kontak akibat air kotor. Infeksi kulit sekunder seperti impetigo yang ditandai dengan luka merah gatal dan berisi cairan, serta scabies.
"Leptospirosis, jadi risiko meningkat di awalnya dengan populasi tikus yang tinggi. Meski belum dominan, Aceh atau Sumatra ini juga memiliki faktor lingkungan yang memungkinkan penularan leptospirosis ini," sebutnya.
Selain penyakit berbasis air, penyakit lainnya seperti Hepatitis A, typhoid, hingga cacingan juga membayangi korban banjir. Campak hingga polio pun menyintai dengan daerah yang cakupan imunisasi rendah.
(mef)
































