Kemenkes juga menyoroti peningkatan cakupan tes pada ibu hamil, sejalan dengan kebijakan penyaringan HIV yang kini menjadi standar layanan. Data 2023–2024 menunjukkan tren peningkatan jumlah ibu hamil yang dites dan yang langsung memulai pengobatan setelah terdeteksi positif. Meski data 2025 baru hingga September, Prima yakin tren positif ini akan berlanjut.
Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak juga menunjukkan perbaikan signifikan. Jumlah bayi lahir dari ibu positif HIV yang menerima profilaksis meningkat, sementara angka bayi di bawah 18 bulan yang terdeteksi positif terus menurun. Prima menyebut hal ini sebagai bukti bahwa intervensi pencegahan mulai menunjukkan hasil yang kuat.
Kemenkes menegaskan bahwa kerja sektor kesehatan saja tidak cukup untuk mengendalikan HIV. Prima menekankan pentingnya kolaborasi lintas program, lintas sektor, dan lintas wilayah.
“Kita tidak bisa kerja sendiri. Pengendalian HIV adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Senada, Ketua Tim Kerja HIV Kemenkes, Tirsa, menambahkan bahwa infeksi baru HIV menurun dari lebih dari 30.000 kasus pada 2020 menjadi sedikit di atas 25.000 pada akhir 2024. Penurunan ini diyakini terjadi karena peningkatan akses informasi dan pemahaman masyarakat mengenai pencegahan HIV.
Tirsa juga menjelaskan bahwa meski tidak ada kategori khusus “ibu rumah tangga” dalam data nasional, positivity rate pada pasangan ODHIV dapat memberikan gambaran mengenai risiko penularan dalam hubungan heteroseksual. Ia menegaskan pentingnya konseling bagi ODHIV agar pasangan mereka juga dapat menjalani tes secara sukarela.
(dec)




























