Logo Bloomberg Technoz

Data Kemenperin menunjukkan bahwa hingga JanuariAgustus 2025, ekspor alumina mencapai 3,66 juta ton, mendekati pencapaian tahun sebelumnya, sementara impor turun menjadi 816 ribu ton. 

Penurunan impor tersebut, lanjut dia, juga mencerminkan mulai berperannya PT Borneo Alumina Indonesia sebagai sumber bahan baku alumina PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), perusahaan pelat merah grup tambang MIND ID.

"Indonesia bergerak menjadi produsen alumina dan aluminium yang semakin kuat. Peningkatan kapasitas aluminium primer serta bertambahnya fasilitas refinery menunjukkan bahwa ketahanan pasokan dalam negeri makin kokoh,” tutur dia.

Peningkatan kapasitas produksi nasional juga terlihat dari kinerja smelter aluminium dan refinery alumina. Hingga pertengahan 2025, total output refinery mencapai 2,01 juta ton alumina.

Sementara itu, smelter aluminium menghasilkan 352 ribu ton aluminium primer dengan utilisasi mendekati 91% untuk smelter aluminium dan 64% untuk refinery alumina.

Peningkatan kapasitas produksi nasional juga terlihat dari kinerja smelter aluminium dan refinery alumina. Hingga pertengahan 2025, total output refinery mencapai 2,01 juta ton alumina.

Sementara itu, smelter aluminium menghasilkan 352 ribu ton aluminium primer, dengan utilisasi mendekati 91% untuk smelter aluminium dan 64% untuk refinery alumina.

Menurutnya, kondisi ini akan memperkuat pasokan bahan baku industri hilir seperti kabel listrik, aluminium plate/sheet/foil, pengecoran logam aluminium, hingga industri aluminium ekstrusi yang membutuhkan bahan setidaknya 1 juta ton aluminium per tahun.

Perkiraan global dari lembaga internasional menunjukkan bahwa harga aluminium pada 2026 relatif stabil, berada di kisaran US$ 2.200–2.625/ton, ditopang meningkatnya permintaan dari sektor kendaraan listrik (EV), energi terbarukan, dan otomotif global. 

"Ini momentum besar bagi pengembangan produk turunan seperti panel surya, komponen otomotif, hingga berbagai aplikasi industri maju,” ujar Dodiet.

Dalam kebijakan HGBT, pemerintah lewat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mematok HGBT hanya sekitar US$6,5—US$7 per MMBtu.

Kebijakan tersebut hanya diperuntukkan kepada sebanyak 7 sektor industri antara lain; pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.

(ain)

No more pages