Senada dengan itu, kinerja neraca perdagangan Indonesia pada September 2025 juga berhasil mengalami surplus mencapai US$4,34 miliar. Artinya, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 65 bulan berturut–turut sejak Mei 2020.
Katalis positif selanjutnya yang dapat menjadi pendorong penguatan IHSG kedepannya adalah rilis data ekonomi berupa aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) periode Oktober 2025 yang mencatatkan ekspansi.
S&P Global melaporkan, aktivitas manufaktur Indonesia berada pada level 51,2. Lebih tinggi dibanding kinerja bulan sebelumnya yang tercatat pada level 50,4 sekaligus menandai tiga bulan berturut–turut manufaktur Indonesia berada di fase ekspansi.
Manufaktur penting untuk jadi perhatian investor. Sebab, manufaktur adalah kontributor utama pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha. Ketika indikator ini meningkat, maka ekonomi secara keseluruhan akan ikut melejit.
Optimisme dalam negeri tersulut dari pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, Purbaya menyebut, pertumbuhan ekonomi pada Kuartal IV akan tumbuh lebih cepat.
Purbaya meyakini, ekonomi pada Kuartal pamungkas tahun ini akan melesat hingga 5,5%.
Keyakinan Purbaya didasari oleh adanya potensi pertumbuhan kredit perbankan yang rebound kembali menyentuh dua digit, di tengah aksi guyuran likuiditas dari kas negara ke sejumlah Bank Milik Negara untuk disalurkan menjadi kredit yang mengalir ke sektor riil.
Kemudian, pada November ini akan terdapat agenda Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan suku bunga acuan.
Pada rapat sebelumnya, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75%. Merupakan upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai fundamental, di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global yang masih tinggi, serta sinergi untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Mengutip riset CGS International Sekuritas Indonesia, terungkap investor asing di pasar saham tampaknya mengantisipasi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan musim laporan keuangan yang lebih baik, terlihat dari capital inflow (seluruh pasar) sebesar US$0,8 miliar pada Oktober 2025, tertinggi dalam lebih dari satu tahun perdagangan.
Analisis Teknikal IHSG
Pergerakan IHSG secara teknikal dengan menggunakan indikator Moving Average (MA) untuk menentukan area level resistance, dan area level support.
Berdasarkan indikator MA, laju IHSG saat ini mengonfirmasi bullish uptrend di atas semua MA, di antaranya MA-50, MA-100, dan MA-200. Selanjutnya terdapat level yang sangat menarik dicermati pada resistance selanjutnya yang tercermin dari trendline penguatan ke level 8.500.
Apabila resistance pertama tersebut berhasil ditembus, ditambah lagi dengan volume yang signifikan, IHSG ada potensi melanjutkan penguatan ke atas level 8.800 sampai dengan tertembusnya level 9.000.
Sedang untuk support IHSG masih solid pada level 8.250, dan 8.100, juga sebagai level psikologisnya 8.000. Adapun level stop loss di area 7.910.
Sebagai gambaran, MA merupakan indikator harga rata–rata dalam rentang tertentu, yang kemudian dihubungkan ke dalam bentuk garis.
Melihat berbagai katalis positif yang ada, dan indikator teknikal, prospek penguatan IHSG sangat terbuka lebar sampai dengan penghujung 2025 dengan target tertembusnya level 9.000.
(fad/aji)
































