Logo Bloomberg Technoz

Sejak awal April 2025, AS memberlakukan kebijakan tarif resiprokal yang meluas dari 44 menjadi 70 negara, termasuk China, Kanada, Meksiko, Uni Eropa, serta sejumlah negara Asia seperti Indonesia. 

Kebijakan ini, menurut Perry, memengaruhi arus perdagangan dunia dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

"Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 ini diperkirakan melambat dari tahun 2024 3,3% menjadi 3,1% pada tahun ini, dan juga diperkirakan akan melambat menjadi 3% pada tahun 2026," ungkapnya. 

Selain perlambatan ekonomi, pemimpin bank sentral RI ini juga menyoroti pertumbuhan ekonomi antarnegara dan tren inflasi global yang masih tinggi. Tahun ini inflasi global diperkirakan sebesar 4,3%, dan baru turun tipis menjadi 4,1% pada 2026.

Di sisi lain, penurunan suku bunga acuan di Amerika Serikat juga berjalan lambat. The Fed baru mulai menurunkan suku bunga pada kuartal III-2025, dari 4,5% menjadi 4,25%. Hal ini berdampak pada arus modal global dan tingkat imbal hasil (yield) surat utang AS yang masih tinggi, sekitar 4% untuk tenor 10 tahun.

"Meskipun US treasury untuk 2 tahun akan menurun sejalan dengan penurunan Fed Fund rate. Nah, kondisi global ini yang berpengaruh kepada negara-negara emerging market," ujarnya. 

Kondisi tersebut, kata Perry juga memicu volatilitas di pasar keuangan global, termasuk arus keluar modal (capital outflow) dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan saham di Indonesia.

Meski situasi global penuh tekanan, ia menegaskan ekonomi Indonesia masih menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang solid. Ia menyebut, ekonomi nasional pada kuartal III tumbuh 5,04%, didorong oleh ekspor yang meningkat 9,91%, konsumsi rumah tangga 4,89%, dan investasi 5,04%. 

Kinerja ekspor meningkat karena banyak eksportir mempercepat pengiriman barang sebelum kebijakan tarif AS diterapkan. BI memperkirakan, "Secara keseluruhan, kami perkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025 ini adalah kisarannya 4,7 sampai 5,51% dan tentu saja titik tengahnya adalah sedikit di atas titik tengah 5,1% dan akan meningkat pada tahun 2026." 

(lav)

No more pages