Logo Bloomberg Technoz

Figur AI paling dikenal di dunia saat ini percaya diri hanya butuh beberapa tahun lagi sebelum AI cukup canggih untuk mengelola departemen besar di OpenAI.

Pandangan atas AI dan masa depan pekerjaan manusia terbelah. Ada yang menganggap sekadar membantu, namun di sisi lain percaya AI segera memusnahkan kesempatan manusia di masa depan mendapatkan tempat di sebuah pekerjaan.

Sebuah hasil riset dari divisi penelitian Google, The DevOps Research and Assessment (DORA) menurunkan laporan dan tegas menyebutkan AI banyak akan dieksploitasi pada ranah pekerjaan di industri teknologi. Para profesional teknologi, mulai dari developer sampai manajer produk kini mengintegrasikan AI ke dalam alur kerja inti mereka, yang biasanya mendedikasikan rata-rata dua jam per hari untuk bekerja dengan kecerdasan buatan itu.

Namun di sisi lain laporan DORA mengungkap adanya paradoks kepercayaan, yakni 20% responden melaporkan tingkat kepercayaan yang sangat tinggi terhadap AI,  23% sedikit percaya, dan 7% tidak sama sekali percaya. Arti dari ini semua adalah output AI dianggap bermanfaat dan bernilai oleh banyak responden pada survei 2025, meskipun belum sepenuhnya mempercayainya. 

Jurnal Nexford University menyatakan AI bisa mengggantikan pekerjaan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa namun pada takaran hanya seperempat dari total. Laporan tersebut pun memprediksi dua pertiga pekerjaan di AS dan Eropa terpapar otomatisasi AI pada tingkat tertentu dan sekitar seperempat dari semua pekerjaan dapat sepenuhnya dilakukan oleh kecerdasan buatan.

Lebih jauh, peneliti dari Universitas Pennsylvania dan OpenAI menemukan bahwa beberapa pekerja kerah putih terdidik dengan penghasilan hingga US$80.000 per tahun atau setara dengan Rp1,3 miliar setiap dua belas bulan (asumsi kurs Rp16.627/US$) adalah yang paling mungkin terdampak oleh otomatisasi tenaga kerja.

Sementara itu belum lama CEO JPMorgan Jamie Dimon percaya bahwa implementasi AI hanya akan mengurangi beban kerja manusia di banyak posisi di perusahaan dan malah  “juga akan menciptakan lapangan kerja,” dalam wawancaranya dengan CNN.

Secara sentimen di Amerika, kaum pekerja justru menganggap AI menjadikan masa depan dunia kerja tidak secerah dekade sebelum kecerdasan buata populer. Data Pew Research Center menyatakan, 52% peserta survei menyatakan mereka khawatir tentang dampak masa depan penggunaan AI di tempat kerja.

32% sampaikan AI bisa menyebabkan berkurangnya peluang kerja bagi mereka dalam jangka panjang. Hanya sekitar 36% yang percaya AI di masa depan punya maksud baik, sementara

(red)

No more pages