Logo Bloomberg Technoz

Namun Oktober menandai berakhirnya tren tersebut. Berbagai indikator perdagangan menunjukkan tanda-tanda pelemahan dari rekor sebelumnya, dengan pelabuhan Shanghai mencatat volume kontainer terendah sejak April.

Penurunan ekspor secara keseluruhan pada Oktober mengejutkan berbagai proyeksi, dengan estimasi median survei Bloomberg menunjukkan kenaikan 2,9%. Hanya satu analis yang memprediksi akan terjadi penurunan.

“Penurunan ekspor yang mengejutkan pada Oktober menunjukkan ketahanan eksternal China mulai melemah di tengah tarif tinggi dan ketidakpastian perdagangan global. Hal ini menegaskan perlunya Beijing terus mendukung permintaan domestik agar konsumsi lemah tidak menekan pertumbuhan,” ujar David Qu dari Bloomberg Economics.

Ketegangan perdagangan dengan AS meningkat bulan lalu sebelum akhirnya Presiden Donald Trump dan Xi Jinping mencapai kesepakatan dalam pertemuan di Korea Selatan pada akhir Oktober.

Dengan pemangkasan tarif AS terhadap barang China sebesar 10% mulai Senin depan, perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia itu berpotensi meningkat menjelang akhir tahun. Namun dampaknya diperkirakan terbatas karena bea masuk terhadap produk China masih lebih tinggi dibanding barang dari negara seperti Vietnam.

Jika perlambatan permintaan global berlanjut, pengiriman dan ekonomi China secara keseluruhan berisiko melemah pada dua bulan terakhir tahun ini. Pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi China sudah melambat ke laju terendah dalam setahun meski ekspor sempat melonjak.

Analis memperkirakan pertumbuhan pada kuartal IV akan menjadi yang terlemah sejak akhir 2022, ketika negara itu baru mulai keluar dari kebijakan Covid Zero yang ketat.

Pelabuhan Shanghai Memperlihatkan Tren Perlambatan di Bulan Oktober

Volume kontainer di pelabuhan Shanghai pada Oktober turun ke level terendah sejak April. Perlemahan ini meluas, dengan pengiriman ke Uni Eropa hanya naik 1% laju paling lambat sejak Februari.

Ekspor ke sejumlah pasar utama lain justru turun, termasuk ke Korea Selatan, Rusia, dan Kanada yang masing-masing mencatat penurunan dua digit. China belum merilis data perdagangan bilateral lengkap untuk semua negara; sisanya akan diumumkan akhir bulan ini.

“Dalam beberapa bulan ke depan, ekspor China ke pasar negara berkembang akan diawasi ketat oleh pelaku pasar,” kata Homin Lee, ahli strategi makro di Lombard Odier Singapura. “Pasar-pasar ini menjadi indikator penting bagi ekspansi global merek teknologi dan konsumen China.”

Meski ekspor secara keseluruhan turun pada Oktober, nilainya masih menembus 3 triliun dolar AS dalam sepuluh bulan pertama 2025 yang merupakan pencapaian tercepat sepanjang sejarah. Dengan impor yang lemah hampir sepanjang tahun, surplus perdagangan China mencatat rekor baru sebesar 965 miliar dolar AS hingga saat ini.

Ekspor China Jatuh di Bulan Oktober

Ekspor yang menurun diiringi impor yang hanya tumbuh 1% pada Oktober, menghasilkan surplus 90,1 miliar dolar AS.

Penguatan yuan terhadap dolar AS tahun ini yang mencapai posisi terkuat dalam hampir satu tahun membuat barang China menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sehingga mengurangi dukungan bagi ekspor.

Namun harga ekspor China justru turun hampir setiap bulan sejak pertengahan 2023 karena deflasi domestik, sehingga menyeimbangkan dampak penguatan mata uang dan membuat barang ekspor tetap kompetitif.

Akibatnya, perusahaan China kemungkinan tetap akan memperluas penetrasi pasar luar negeri yang diperoleh selama perang dagang dengan AS. Tanda-tanda pemulihan sudah terlihat pada akhir Oktober, ketika jumlah kontainer yang ditangani pelabuhan China melonjak hampir 14% pada pekan yang berakhir 2 November.

“Meski efek front-loading sebelumnya mungkin menekan pertumbuhan ekspor dalam beberapa bulan mendatang, kami memperkirakan pertumbuhan ekspor China tetap tangguh pada 2026 berkat faktor struktural,” tulis analis Goldman Sachs yang dipimpin Xinquan Chen dalam catatannya.

Data lain yang dirilis Jumat malam menunjukkan surplus transaksi berjalan China melonjak ke rekor 196 miliar dolar AS pada kuartal III, didorong oleh surplus perdagangan barang yang mencapai 270 miliar dolar AS.

(bbn)

No more pages