Sebelum penempatan itu, ia menyebut banyak bank memiliki cost of fund tinggi, terutama dari dana deposito dengan suku bunga khusus (special rate).
"Sehingga fenomena yang terjadi adalah dalam jangka pendek special rate ini banyak yang hilang. Tadinya bahkan ada yang di atas 7% bunganya, sekarang sudah sangat minimal yang diatas 6%," jelasnya.
Ia menilai penurunan cost of fund ini menjadi sinyal positif bagi perekonomian. Sebab, dengan biaya dana yang lebih rendah, perbankan memiliki ruang lebih besar untuk mendorong kredit, yang pada gilirannya meningkatkan konsumsi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dampaknya, lanjut Febrio, bank-bank dengan kinerja kredit bank kini memiliki ruang yang lebih besar untuk menyalurkan pembiayaan dengan biaya dana yang lebih murah. Hal ini terbukti dari cepatnya penyaluran kredit oleh Mandiri dan BRI.
Untuk diketahui, dalam slide paparan yang ditampilkannya, tercatat bahwa dari total Rp200 triliun penempatan dana pemerintah, tercatat Bank Mandiri serta Bank BRI telah menyerap 100% biaya yang disalurkan yakni Rp55 triliun.
Sementara BNI, BTN hingga BSI terpantau baru berhasil menyerap masing-masing 68%, 41%, dan 99% dari total biaya yang disalurkan yakni Rp55 triliun untuk BNI; Rp25 triliun untuk BTN, dan Rp10 triliun untuk BSI.
(ain)































