Logo Bloomberg Technoz

Suasana pasar pasca pengumuman kebijakan dan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) minggu lalu juga masih menghantui Bitcoin, institusional berbalik menjadi sangat negatif. Menegaskan sinyal kebijakan moneter The Fed yang berhati–hati tidak disukai investor kripto.

Analis Ajaib Kripto, Panji Yudha memaparkan, pasar Aset Kripto global mengalami koreksi (policy reality check) setelah pengumuman Federal Open Market Committee (FOMC).

“Koin utama mengalami tekanan setelah Jerome Powell memperingatkan pemotongan suku bunga kedua pada bulan Desember 'bukanlah kesimpulan yang pasti” (not a foregone conclusion). Komentar ini mengubah sentimen dengan cepat,” mengutip riset yang dipublikasikan, Selasa. 

Di lain sisi, lanjut Panji, mengingat pasar telah memasuki periode November, data historis memberikan harapan sangat bullish bagi trader. November secara historis adalah bulan terkuat untuk Bitcoin.

Data Historis Bitcoin pada November (Bloomberg Seasonality)

Adapun, dalam dua tahun berturut-turut ini Bitcoin selalu ditutup hijau cerah.

November 2024: +38,47%
November 2023: +8,95%

Mengulas singkat, sentimen November tahun lalu terdorong dari kemenangan Donald Trump, pada Pilpres Amerika Serikat. Serangkaian janji Trump menjadikan AS pusat aset digital, mendorong investor masuk. Termasuk mematangkan adanya peran spesifik yang didedikasikan untuk kebijakan aset digital di Gedung Putih.

“Trump telah menjanjikan regulasi yang mendukung, dan sapu bersih DPR dan Senat membuat pengesahan RUU Kripto menjadi lebih mungkin,” papar Acheson seperti yang dilaporkan Bloomberg News.

Menambah optimisme tentang Pemerintahan yang akan datang yang lebih ramah terhadap Aset Kripto, Ketua SEC, Gary Gensler, digadang–gadang juga bakal mundur sesegera mungkin, tepat di mana Trump diagendakan akan dilantik.

Sentimen Aset Kripto November 2025

Untuk November 2025, ada beberapa sentimen dan katalis yang dapat memengaruhi arah Bitcoin. Pertama adalah minat institusional, harapan bagi bulls belum sepenuhnya hilang. Bitcoin saat ini masih berada di dalam saluran kenaikan jangka panjang dan di atas rentang rata–rata tahun lalu.

“Namun, pasar tetap sangat rentan (vulnerable),” ujar Panji.

Bank Indonesia (BI) juga turut mengambil langkah strategis dengan menyiapkan ‘versi stablecoin nasional Indonesia’. Inisiatif ini, yang melibatkan penerbitan surat berharga digital berbasis token yang didukung SBN dan dibangun di atas CBDC rupiah digital, bertujuan mengintegrasikan teknologi blockchain ke dalam sistem moneter resmi. Integrasi ini berpotensi mendorong adopsi Kripto di Indonesia lebih luas.

Selanjutnya, investor aset kripto juga amat menanti kejelasan arah kebijakan moneter dari The Fed yang diagendakan beberapa pidato pada bulan November ini, seperti misalnya, Michael Barr, John C. Williams, Beth Hammack, Christopher Waller, Philip N. Jefferson, dan juga Stephen Miran.

Setiap detail pidato itu akan disorot ketat oleh investor dan pasar guna mencari sinyal, arah, maupun isyarat terkait kebijakan ke depan, terutama pertemuan Desember. Sebilang petunjuk mengenai pemotongan lebih dini bisa menjadi dorongan besar bagi pasar aset kripto.

Pernyataan Powell Soal The Fed Pangkas Bunga Acuan yang Bikin Dolar Perkasa (Bloomberg)

Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pernyataannya pasca–pertemuan, tidak memberikan arahan apa pun tentang rencana Komite untuk bulan Desember. Powell gagal memvalidasi pasar dengan mengatakan tidak ada kepastian mengenai pemangkasan suku bunga di bulan Desember.

Powell mengatakan kurangnya data ekonomi selama penutupan (shutdown) pemerintah yang sedang berlangsung membuat pembuat kebijakan bertindak lebih hati-hati. “Jika Anda mengemudi dalam kabut, Anda harus memperlambat laju.”

Selanjutnya, sentimen dan laju Bitcoin ke depan, sangat bergantung pada bagaimana hal–hal dan sinyal terbaru The Fed terbit. Trader harus bersiap untuk potensi volatilitas jangka pendek, biarpun secara historis Bitcoin selalu menguat pada November.

(fad/aji)

No more pages