Pernyataan Hegseth muncul hanya beberapa hari setelah Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping mencapai kesepakatan gencatan dagang bersejarah.
Dalam kesepakatan itu, Trump membatalkan ancaman untuk memberlakukan tarif 100% terhadap barang-barang asal China dan menangguhkan pungutan bagi kapal buatan China yang bersandar di pelabuhan AS, di antara sejumlah langkah lainnya.
Di Malaysia, Hegseth sebelumnya telah menyampaikan keprihatinan mendalam atas aktivitas angkatan laut Beijing di sekitar Taiwan dan Laut Cina Selatan dalam pertemuannya pada Jumat dengan Menteri Pertahanan China Dong Jun.
Pada Sabtu, dia melangkah lebih jauh dengan menyoroti sejumlah insiden terbaru, termasuk tindakan kapal penjaga pantai China yang menembakkan meriam air dan menabrak kapal Filipina.
Meski menyambut baik dialog antara Washington dan Beijing, Hegseth menyebut langkah China menetapkan karang Scarborough yang disengketakan sebagai cagar alam sebagai tindakan yang “tidak dapat dibenarkan.”
Beijing mengklaim hampir seluruh perairan yang kaya sumber daya itu, yang juga menjadi jalur penting perdagangan internasional, dan menyatakan bahwa setiap tindakan penegakan dilakukan terhadap kapal yang dianggap melanggar kedaulatannya.
Hegseth juga mendorong ASEAN dan China untuk melanjutkan negosiasi jangka panjang mereka mengenai kode etik di wilayah sengketa, namun menegaskan bahwa “kode tanpa kemampuan untuk menindak hanyalah kata-kata kosong.”
Selain itu, dia mengajukan inisiatif bersama terkait sistem nirawak, termasuk penggunaan drone udara dan bawah laut, untuk meningkatkan kemampuan pengawasan dengan biaya dan risiko yang lebih rendah.
“Tidak ada negara yang mampu berinovasi dan memperluas skala seperti Amerika Serikat, dan kami siap berbagi kemampuan tersebut dengan sekutu serta mitra kami,” ujarnya.
(bbn)
































