Abdurrahman Wahid atau lebih terkenal dengan sebutan "Gus Dur" lahir di Jombang, 7 September 1940. Gus Dur adalah putra dari KH Wahid Hasyim dan Hj. Sholichah. Dia juga merupakan cucu dari KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.
Gus Dur menjabat sebagai Presiden ke-4 di Indonesia pada 20 Oktober 1999, menggantikan Presiden ke-3 B.J. Habibie. Dia terpilih melalui pemilihan umum pada 1999. Kala itu, dia unggul dari Megawati Soekarnoputri, yang kemudian bakal menggantikannya sebagai Presiden ke-5 Indonesia.
Gus Dur dikenal sebagai "Bapak Pluralisme" pada masa pemerintahannya karena menjunjung tinggi keberagaman dalam berbagai hal, terutama suku, agama, dan ras. Gus Dur mampu mendobrak diskriminasi warga etnis Tionghoa di Indonesia dengan mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China. Beleid itu mulanya diteken oleh Soeharto untuk melarang perayaan Imlek dengan terbuka di tempat umum.
Di era Gus Dur, pertumbuhan ekonomi mampu tumbuh hingga ke 4,9% pada 2000. Gus Dur juga berhasil menurunkan rasio gini atau ketimpangan ekonomi hingga 0,31 –terendah dalam 50 tahun terakhir.
Setelah serangkaian keputusan kontroversialnya, yang meliputi hubungan baiknya dengan Israel yang ditentang oleh banyak kalangan Muslim, sampai maklumat kontroversialnya yang ditujukan untuk membekukan parlemen; Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) akhirnya melakukan pemakzulan terhadap Gus Dur pada 23 Juli 2001.
Gus Dur meninggal dunia pada 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Ia wafat di usia 69 tahun, dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
(dov/frg)





























