Unit komputasi awan Azure membukukan kenaikan pendapatan sebesar 39% pada kuartal tersebut setelah disesuaikan dengan fluktuasi mata uang, melampaui perkiraan Wall Street sebesar 37%.
Meski laju pertumbuhan ini "sehat," tulis Raimo Lenschow, analis di Barclays, angkanya sedikit di bawah ekspektasi sejumlah investor yang lebih optimistis. Menjelang rilis laporan keuangan, semua analis kecuali satu yang dilacak Bloomberg menilai saham tersebut layak beli.
Perusahaan perangkat lunak terbesar di dunia ini mengalami pertumbuhan pesat dalam bisnis komputasi awannya, sebagian berkat kemitraan bersejarah dengan perusahaan rintisan AI terkemuka, OpenAI. Pada Selasa, kedua perusahaan merevisi perjanjian mereka, memberi Microsoft akses ke teknologi OpenAI dan bisnis inferensi AI-nya untuk tahun-tahun mendatang. Perjanjian baru ini mendapat sambutan positif di Wall Street.
Saham Microsoft turun sekitar 3% dalam perdagangan yang diperpanjang, setelah ditutup US$541,55 di New York. Harga saham perusahaan meroket hampir 29% tahun ini hingga penutupan Rabu.
Penjualan di unit yang mencakup aplikasi bisnis tumbuh 17% menjadi US$33 miliar. Angka ini melampaui perkiraan rata-rata analis sebesar US$32,3 miliar. Pendapatan per pengguna, kata Microsoft, meningkat seiring pelanggan meningkatkan perangkat lunak ke level lebih mahal yang dilengkapi fitur AI terbaru, termasuk asisten Copilot.
Dalam wawancara, Kepala Hubungan Investor Microsoft, Jonathan Neilson menyampaikan lonjakan belanja modal ini merupakan respons terhadap permintaan pelanggan, yang hingga saat ini belum dapat dipenuhi perusahaan. Belanja modal tersebut terbagi hampir sama antara aset jangka pendek, seperti server, dan aset jangka panjang seperti pengembangan pusat data fisik.
"Meski metrik ini mungkin menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian pihak, kami melihatnya sebagai sinyal meningkatnya permintaan beban kerja AI," tulis analis Bloomberg Intelligence, Anurag Rana, mengenai belanja modal tersebut. Pertumbuhan Azure yang stagnan dibandingkan kuartal sebelumnya kemungkinan besar disebabkan oleh keterbatasan kapasitas pusat data.
(bbn)































