Logo Bloomberg Technoz

“Jangan langsung bilang, ‘Kamu harus begini,’ tapi tanya, ‘Menurutmu bagaimana sebaiknya?’ Dengan begitu, anak merasa pendapatnya dihargai,” katanya.

Menurutnya, sekalipun pendapat anak belum tepat, orang tua bisa memberi masukan dengan cara yang lembut. 

“Kalau menurut Mama, mungkin bisa seperti ini,” ujar Penny mencontohkan. Dengan pola komunikasi seperti itu, anak belajar berpikir kritis dan terbiasa mempertimbangkan sudut pandang orang lain.

Selain komunikasi, Penny juga menekankan pentingnya membuat kesepakatan bersama. Misalnya, anak boleh bermain game setelah belajar, atau boleh keluar bersama teman asalkan pulang sesuai waktu yang disepakati. Aturan yang disusun bersama akan terasa lebih adil bagi anak dan membantu menumbuhkan rasa tanggung jawab.

“Kalau dia melanggar, berikan konsekuensi yang sudah disepakati sebelumnya. Misalnya, kalau pulang terlambat, besok tidak boleh main,” kata Penny. 

Ia menambahkan, pola ini membuat anak memahami hubungan antara pilihan dan konsekuensinya tanpa merasa dikekang.

Lebih lanjut, Penny menilai bahwa fase remaja merupakan masa transisi yang menantang, di mana anak mencari jati diri sekaligus butuh arahan. Karena itu, orang tua harus menjadi pendamping yang sabar, bukan pengendali.

“Ketika anak merasa didengar dan dipercaya, ia akan lebih terbuka dan mudah diarahkan,” ujar Penny. 

Ia berharap orang tua di Indonesia dapat memahami perbedaan kebutuhan antara anak dan remaja agar tumbuh kembang mereka berjalan sehat, baik secara mental maupun emosional.

(dec/spt)

No more pages