Logo Bloomberg Technoz

Bahkan sebelumnya harga aset ini sempat ambruk lebih dari 1%.

Sepertinya aksi ambil untung (profit taking) menjadi penyebab utama kejatuhan harga emas. Maklum, harga aset ini menjalani reli panjang sejak Agustus. Bahkan harga emas sempat berkali-kali memperbarui rekor tertinggi sepanjang masa.

Sepanjang 2025 (year-to-date), harga emas masih mencatat kenaikan 56,05%. 

Oleh karena itu, keuntungan yang bisa didapat dengan menjual emas tidaklah kecil. Investor tentu akan tergoda mencairkan cuan jika potensi yang didapat bisa sebegitu besar.

Ketika aksi ambil untung terjadi, maka emas akan mengalami tekanan jual. Alhasil, harga pun merosot tajam.

Selain itu, situasi global yang lebih tenang juga menjadi sentimen negatif bagi emas. Amerika Serikat (AS) dan China kembali rukun setelah sempat bersitegang seputar isu perdagangan.

Delegasi kedua negara bertemu dan berdialog di Malaysia akhir pekan lalu. Hasilnya cukup impresif dan kesepakatan bakal diteken oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

“Saya rasa ancaman tarif 100% sudah pergi, begitu juga dengan ancaman kontrol ekspor China,” ungkap Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam wawancara dengan CBS News, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Trump sendiri sudah memperkirakan akan ada kesepakatan dengan China. Di sela-sela lawatan di Malaysia untuk menghadiri KTT ASEAN, Trump mengungkapkan akan ada pertemuan level kepala negara.

“Mereka mau membuat kesepakatan, kami juga mau membuat kesepakatan,” ujarnya, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.

Tensi perang dagang AS-China pun reda, setidaknya dalam waktu dekat. Ini menyebabkan permintaan terhadap aset yang dipandang aman (safe haven asset) seperti emas menjadi berkurang.

(aji)

No more pages